AL
MASIH : KESAKSIANNYA MENURUT SEJARAH
SIFAT DAN KEKUASAANNYA
Isa Al Masih, Kelahiran seorang
Perawan
Isa Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa
Isa Al Masih, yang Diberkati
Sebagai Manusia yang Memberi
Petunjuk yang Jelas
Kemampuannya Mengetahui yang Ghaib
Kemampuannya Melakukan Mujizat
Kemampuannya untuk Mencipta
Kemampuannya untuk Menghidupkan yang
Mati
PENGAKUAN ALLAH ADALAH LEBIH
AGUNG
Para Nabi Menulis tentang Dia
Al Masih Disujud ketika masih
dalam Kandungan
Al Masih Diberi Wahyu yang
Sempurna
Al Masih Diperkuat oleh Roh
Suci
Al Masih Berkedudukan dekat
dengan Allah
Al Masih Diangkat dekat ke
Sisi Allah
Al Masih Sebagai Pengetahuan
Hari Kiamat
Al Masih, Orang yang Terpilih
oleh Allah dalam Pertempuran Terakhir
Al Masih yang Maha Tinggi Selamanya
SIFAT
DAN KEKUASAANNYA
Dalam Bahagian Pertama kita telah menggambarkan
Isa Al Masih yang akan muncul di masa mendatang. Dalam Bahagian ini kita akan menggambarkan Isa Al Masih yang tampil
sebagai tokoh historis. Kita lihat
pengungkapan watak Isa Al Masih dari Al-Qur’an,
menurut ulasan para akhli kitab dan karya tulis kaum Sufi/Akhli Tasawuf.
Isa Al Masih, Kelahiran Seorang
Perawan
Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa
Isa dilahirkan dari seorang perawan. Kejadiannya
digambarkan sebagai berikut:
Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih, Isa bin Maryam, orang terhormat di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah ...
Kata Maryam: “Wahai Tuhanku! Bagaimana
aku dapat memperoleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun?” Allah berfirman dengan perantaraan Malaikat Jibril: “Begitulah.
Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Bila Dia menghendaki sesuatu, hanya tinggal, mengucapkan saja “Kun”
lalu jadilah ia.’
[1]
Dari ayat tersebut kita bisa melihat bahwa Maryam belum pernah disentuh
oleh seorang laki-lakipun dan kelahiran Isa Al Masih nyata sebagai suatu keputusan
Allah. Keunikan Isa Al Masih masuk
ke dalam sejarah bukan semata-mata suatu kejadian alam, tetapi merupakan suatu
mujizat yang disengaja mempunyai satu maksud, di mana Al-Qur’an menyatakan:
Allah mengetahui isi kandungan setiap perempuan, baik kandungan yang kurang,
maupun yang berlebih. Segala-galanya
di sisi Allah serba berukuran.
[2]
Pengetahuan
Allah atas hal tersebut dan maksudnya secara rinci atas ciptaanNya lebih jauh
ditekankan dalam penyataan berikut:
Kami tidak menjadikan ruang angkasa yang amat luas dan persada bumi yang
terhampar ini, begitu juga apa-apa yang berada di antara keduanya, secara
main-main.
[3]
Allah
tidak melakukan hal-hal yang sia-sia, tetapi segala-galanya diciptakan atas
kebijakan-Nya yang Maha Agung dan 5memiliki maksud tertentu. Jadi sementara Allah menetapkan bahwa setiap
manusia ditakdirkan lahir akibat bersatunya laki-laki dan perempuan, Ia juga
menetapkan Isa lahir dari Maryam yang tidak disentuh oleh laki-laki. Hal ini diterima tanpa suatu perdebatan oleh
para ilmuwan Muslim. Keunikan dari
pengakuan tersebut diungkapkan oleh Shabestari dalam penyataannya sebagai
berikut:
Jelas tidak ada orang yang dilahirkan tanpa bapa, hanya seorang saja yakni
Isa yang hidup atau hadir di dunia ini.
[4]
Isa
Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa
Salah satu sifat yang unik dari Isa Al Masih adalah
ia tidak berdosa, sementara manusia lainnya bahkan nabi-nabi sekalipun, di
suatu saat sadar atau tidak sadar pernah bersalah dalam pikiran atau perbuatannya.
Hanya Isa Al Masihlah yang tetap suci.
Di dalam Al-Qur’an banyak bukti-bukti yang menunjukkan Adam, Musa dan Muhammad
semuanya pernah berdosa. Ibrahim sendiri
menemukan dirinya perlu bertaubat, meskipun hubungannya dengan Allah dekat
dan Al-Qur’an sendiri mengungkapkannya
dalam suatu soal jawab dengan Allah suatu waktu, ayat itu berbunyi seperti
berikut:
Setelah Ibrahim merasa rasa takutnya hilang bahkan mendapat berita gembira, mulailah
dia berbincang-bincang dengan Kami tentang kaum Luth.[5]
Meskipun
Ibrahim sangat dekat dengan Allah, ia masih mengungkapkan perlunya meminta
pengampunan kehadirat Allah:
“Yang menciptakan aku, dan Dia-lah yang menunjuki aku. Dan yang memberi makan dan minum-ku. Jika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku.
Dia yang mematikanku, kemudian Dia pula yang menghidupkanku kembali di akhirat.
Dia-lah yang sangat kuharapkan sudi mengampuni kesalahanku pada Hari
Pembalasan”.
[6]
Musa
yang dikasihi Allah di mana Dia langsung berbicara dengannya,
[7]
juga menemukan dia perlu meminta pengampunan setelah ia
menyerang dan membunuh seorang warga Mesir, dan mengatakan:
Musa berdoa: “Ya Tuhanku! Bahwasanya
aku telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri, karena itu ampunilah aku”.
Lalu Allah mengampuninya. Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun dan Penyayang.
[8]
Begitupun
Daud meminta pengampunan Tuhannya sambil menjatuhkan dirinya ke tanah, bersujud
dan meminta ampunan.
[9]
Jadi
ketiga Nabi tersebut: Ibrahim, Musa dan Daud menyadari perlunya pengampunan
dari Allah.
Nabi
Muhammad juga menemukan dosa-dosanya, sebelum ia diangkat sebagai nabi, di
mana ia merasa berat
menanggungnya. Hal ini dibenarkan
dalam Al-Qur’an:
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? Dan Kami telah menurunkan bebanmu yang telah memberati punggungmu?”
[10]
Beban
yang dipikul Nabi Muhammad di punggungnya bukan berupa beban fizikal, tetapi
beban rohaniah . Kata (Wezr) yang diterjemahkan sebagai “beban”
dalam ayat tersebut di atas merupakan kata
khusus yang bererti dosa dalam bahasa Al-Qur’an. Contoh dalam Al-Qur’an 16:25 yang menyatakan: “Kami
takdirkan mereka berucap demikian, supaya mereka memikul dosanya (awzar, jamak
kepada wezr) sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, berikut dengan seBahagian
dosa dari orang-orang yang mereka sesatkan karena tidak mengetahui. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul.”
(Lihat juga pada Al-Qur’an 6:31,
6:164, 17:15, 20:100, 35:18).
Sementara
Al-Qur’an menyatakan dosa-dosa yang
terdahulu dalam fakta kehidupan Nabi Muhammad, dikatakan juga tentang dosa-dosa
“kemudian”:
Supaya Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta
menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan memimpinmu ke jalan yang lurus.
[11]
Ini
juga disahkan oleh Hadis yang mengatakan Nabi Muhammad dahulu terbiasa ‘memohon pengampunan dan menghadap Allah bertaubat
lebih dari tujuh puluh kali sehari’
[12]
Bukhari mencatat doa Muhammad meminta pengampunan sebagai
berikut:
Ya, Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku dan kelalaianku yang melampaui
batas kebenaran dalam perbuatan-perbuatanku; dan ampunilah apa saja yang Engkau
paling ketahui daripadaku sendiri. Ya Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku
yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, yang tidak disadari sebagai olok-olok
atau yang lebih berat, dan semua yang ada dalam diriku
[13]
Memang
benar ia terus meminta pengampunan sampai nafasnya yang penghabisan.
[14]
Dosa-dosa
seluruh umat manusia dibenarkan lebih jauh lagi oleh Hadis yang mengatakan:
‘Syetan selalu bercokol dalam pikiran manusia seperti darah mengalir dalam
tubuhnya.”
[15]
Kecuali
seorang manusia yang oleh Al-Qur’an
ataupun Hadis dianggap suci dari dosa adalah Isa Al Masih. Ia tidak pernah berbuat dosa, tidak berbuat
kesalahan dan tidak pernah melewati batas-batas yang telah ditetapkan Allah
secara sengaja atau karena berbuat bodoh, secara olok-olok atau secara serius,
secara sengaja ataupun tidak sengaja. Isa
Al Masih digambarkan dalam Al-Qur’an
19:19 sebagai ‘seorang putera yang suci (zakeyia)’
[16]
, bahkan sebelum dilahirkan.
Baidawi menjelaskan bahwa ‘seorang anak yang suci berarti suci dari
dosa-dosa’. Di dalam seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, tidak ada lagi yang digambarkan
sebagai yang suci kecuali Isa Al Masih.
[17]
Hadis
juga menyatakan bahwa Isa Al Masih sebagai orang yang tidak berdosa. Bukhari,
contohnya mengaitkannya dengan Hadis berikut:
Ketika setiap orang dilahirkan (tersurat: semua anak Adam begitu semasa
mereka dilahirkan), Syetan menyentuh (tersurat: menggosok) kedua belah badannya
dari kanan dan dari kiri dengan kedua jarinya, kecuali Isa anak Maryam, meskipun
ia juga dicoba tapi tidak berhasil.
[18]
Baidawi
menerangkan arti dari ‘sentuhan atau gosokan’ Syetan sebagai ‘upaya menggoda
setiap bayi yang baru lahir sehingga anak tersebut bisa dipengaruhinya’.
[19]
Syetan, musuh berbuyutan Allah dengan demikian
berjuang dengan cara yang tidak adil. Ia
mencari jalan menggoda orang dari saat pertama mereka mulai hidup, dan hanya
seorang manusia yang bisa menguasai Syetan dalam babak pertama ini. Ia adalah Isa Al Masih. Suyuti mengutip Ibni
‘Abbas, yang mengatakan:
Di antara mereka yang dilahirkan, hanya Isa anak Maryam yang tidak disentuh
oleh Syetan dan tidak bisa ditaklukkan olehnya.
[20]
Mengapa
Isa tidak bisa tertandingi dan berbeda? Beberapa orang mengatakan bahwa karena
ia diurapi:
Ia dinamakan Al Masih karena ia diurapinya sehingga membuat dia jadi suci
dari dosa-dosa, atau karena ia diurapi oleh sayap Malaikat Jibril dan dijaga
dari sentuhan Syetan, atau Al Masih berarti orang yang salih.
[21]
Ada
orang-orang yang membedakannya dari sifatnya yang batiniah secara rohaniah Isa Al Masih itu sendiri. Razi mengatakan:
Rohnya (Isa Al Masih) adalah suci, tinggi derajatnya, syurgawi; terang
benderang dengan cahaya kemulyiaan dan sangat dekat dengan roh-roh para malaikat.
[22]
Jadi
Isa Al Masih seperti malaikat-malaikat yang tidak perlu memohon pengampunan
untuk diri mereka. Ia tidak berdosa.
Gelar
Isa yang menyandang “Roh Allah” juga membuktikan kesucian. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa ia disebut
‘Roh Allah’ karena:
Adalah menjadi kebiasaan orang yang menggambarkan sesuatu yang benar-benar
suci dan bersih , mereka menyebutnya sebagai roh..
[23]
Ukuran
tentang sampai di mana sucinya kenyataan Isa adalah seperti berikut: Allah,
Yang Maha Tinggi, Dia sendiri menyebut Isa adalah ‘Roh dari Allah’. Sementara setiap umat manusia telah ingkar
dari kesetiaannya kepada Allah dan tidak lagi takut kepada Allah di suatu
ketika dalam sejarah hidupnya tetapi Isa Al Masih tetap suci bersih, tidak
disentuh oleh Syetan.
Rasa
takut kepada Allah merupakan suatu tolok ukur keimanan seseorang di mata Allah,
sebagaimana ayat Al-Qur’an menyatakan:
Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Yang teramat mulia di antaramu di sisi Allah,
ialah orang yang lebih bertakwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan Mengenal.
[24]
.
Adalah
semata-mata ketaqwaan atau kesalihan, dan bukannya tanda-tanda keindahan duniawi,
kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai status di hadapan
Allah. Nabi-nabi dan para malaikat juga ditentukan statusnya oleh ketaqwaan
mereka. Tetapi malaikat lebih tinggi
derajatnya daripada nabi-nabi karena:
Mereka para malaikat yang memangku Singgasana dan yang berada di sekitarnya
menyuarakan puji kepada Tuhannya, beriman kepada-Nya dan meminta ampun untuk
orang-orang beriman... (Al-Qur’an
40:7-9)
Razi
mengulas:
Banyak ilmuwan menafsirkan ayat-ayat ini
[25]
sebagai suatu kesimpulan bahwa para malaikat lebih tinggi
derajatnya daripada manusia. Mereka
mengatakan bahwa para malaikat tidak perlu memohon pengampunan bagi dirinya,
karena bila mereka perlu pengampunan, mereka semestinya meminta pengampunan
buat diri mereka sendiri terlebih dahulu, seperti apa yang dikatakan oleh
Nabi Muhammad: “Mulailah bertaubat untuk diri sendiri’.
Juga Allah mengatakan kepada
Nabi Muhammad: ‘... Maka ketahuilah (ya Muhammad) bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan, melainkan Allah dan minta ampunlah (kepada-Nya) untuk dosa engkau
dan untuk (dosa) orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan. Allah mengetahui tempat mencari penghidupanmu
dan tempat diammu’ (Al-Qur’an 47:19).
Jadi Allah memerintahkan Muhammad untuk memohon pengampunan terlebih
dahulu buat dirinya baru kemudian untuk orang lain ... Dan karena Allah tidak
menyebutkan bahwa para malaikat tidak meminta pengampunan buat mereka sendiri,
kita bisa menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu meminta pengampunan.
Para nabi perlu pengampunan dari Allah dan ini sangat jelas dari firman
Allah kepada Muhammad. Kalau memang
ini dipegang teguh maka semakin jelaslah bahwa para malaikat lebih tinggi
daripada manusia.
[26]
Dengan
tidak perlunya pengampunan bagi para malaikat, nampaknya mereka lebih sempurna
dalam kepatuhannya dan rasa takutnya kepada Allah, jadi mereka lebih mulia
dan lebih tinggi derajatnya daripada manusia.
Tidak seperti halnya dengan manusia, para malaikat tidak perlu meminta
pengampunan karena mereka terbebas dari dosa.
Isa Al Masih bisa disejajarkan dengan malaikat dan oleh karena itu,
ia adalah sama-sama suci.
Isa Al Masih, yang Diberkati
Di samping tidak berdosa, Isa
Al Masih juga diberkati. Ia bukan
hanya sempurna secara pasif , tetapi juga sempurna secara aktif . Al-Qur’an menyatakan tentang Isa:
Dan dijadikan-Nya pula aku seorang yang diberkati (Pembawa Bahagia) di
mana saja aku berada.
[27]
Menurut
ayat ini, Isa diberkati tanpa syarat dan untuk selamanya. Andaikata ia tidak
mematuhi Allah baik dalam pikiran atau perbuatan setiap saat, ia tidak akan
mengatakan diberkati di manapun ia berada.
Kata
‘diberkati’ menurut penerangan Baidawi berarti ‘berguna bagi manusia’. Dalam arti kata yang lain, Isa hidup bukan
buat dirinya sendiri, tetapi ia hidup bagi seluruh umat. Arti yang pasti dari ‘berguna untuk manusia’
dijelaskan oleh Razi yang mengatakan Isa:
Melalui Isa Al Masih, Allah membebaskan umat manusia dari segala macam
tipuan, sama seperti manusia hidup dengan Roh-Nya.
[28]
Isa
tidak puas semata-mata bebas dari dosa, tetapi ia juga secara aktif mencari jalan untuk membebaskan orang dari
tipuan Syetan, musuh bebuyutan Allah. Begitu
penting upayanya sehingga Razi membandingkan Isa sebagai Roh yang memberi
kehidupan kepada suatu tubuh. Baidawi
secara sama menggambarkan upaya Isa ketika ia mengatakan bahwa Isa “dahulu
biasa menghidupkan tubuh yang mati begitupun hati yang mati menjadi hidup”.
[29]
Isa
Al Masih tidak hidup hanya menjaga kesucian dirinya, karenanya ia hidup menikmati
hidupnya yang sempurna selaras dengan kehendak Allah. Tetapi ia juga hidup dengan memberi berkat
kepada orang lain. Jadi kesempurnaan Isa Al Masih bukan semata-mata
pasif , yakni tidak berdosa; tetapi juga aktif sebagai suatu sumber berkat .
Dalam
seluruh Al-Qur’an tidak ada seorangpun
yang dipanggil sebagai “diberkati” kecuali Isa Al Masih. Adalah benar bahwa Al-Qur’an itu sendiri digambarkan sebagai suatu kitab suci yang diberkati.
[30]
Perkataan
itu juga digunakan kepada rumah suci yang pertama di Mekah yang telah dibina
oleh para malaikat sebelum penciptaan Adam
[31]
, Malam Lailatul Qadr (malam di mana Al-Qur’an diturunkan)
[32]
. Dan pohon zaitun di mana dianggap sebagai cahaya
Allah atau Nurullah.
[33]
Jadi Isa Al Masih disejajarkan dengan Al-Qur’an, rumah yang pertama kali dibangun
di Mekah, Lailatul Qadr dan pohon zaitun yang diberkati. Kendatipun demikian, satu-satunya orang yang
digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai
yang diberkati adalah Isa Al Masih.
Oleh
karena itu, Isa Al Masih adalah tidak berdosa dan diberkati. Syetan tidak bisa menyentuh Isa, yang tetap
sempurna dalam hidupnya sepanjang hidupnya.
Di samping itu, Isa Al Masih dalam menghancurkan pekerjaan Iblis sangatlah
sempurna sehingga ia digambarkan sebagai Roh yang memberi hidup, yang bisa
menghidupkan mereka yang mati karena tipuan-tipuan Syetan. Kesempurnaan Isa Al Masih adalah secara pasif
dan juga aktif . Oleh karenanya dalam
hubungan ini ia memiliki sifat yang tidak ada bandingannya.
Sebagai Manusia yang Memberi
Petunjuk yang Jelas
Jika sifat Isa Al Masih yang tidak berdosa dan diberkati
itu membuat dirinya unik di antara nabi-nabi, maka petunjuk Allah yang diberikan
atau ditanamkan dalam diri Isa adalah benar-benar unik.
Kemampuannya
Mengetahui yang Ghaib
Pengetahuan
tentang yang tidak bisa dilihat atau ghaib merupakan suatu sifat yang agung.
Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Dan di sisi Allah kunci-kunci semua yang ghaib,
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Tidak sehelai daunpun yang gugur tentu diketahui-Nya
juga. Tidak sebutir-bijipun yang tersembunyi
dalam gelap gulita di bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering,
yang tidak tertulis dalam kitab Lauhul mahfuzh.
[34]
Muhammad sendiri menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa ia tidak memiliki pengetahuan
yang ghaib ketika ia mengatakan:
Katakanlah: “Aku tidak mampu meraih manfaat dan
menolak kemelaratan untuk diriku sendiri, kecuali apa yang dikehendaki Allah.
Seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib, sudah tentu aku akan
berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan waspada terhadap b ahaya yang akan
menimpa. Aku tidak lain hanyalah Pemberi peringatan dan Pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman”.
[35]
Dalam ayat lain dikatakan:
Katakanlah!: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaraan Allah ada padaku! Karena
aku tidak mengetahui yang ghaib. Juga
aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa aku seorang malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku”.
[36]
Oleh karena itu, menurut Al-Qur’an, pengetahuan ghaib bukan urusan
manusia. Allah sendirilah yang mempunyai
kekuasaan untuk memberikannya kepada yang Dia pilih. “Allah sekali-kali tidak
akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan seperti sekarang ini,
namun Allah akan menyisihkan antara yang buruk dan yang baik.
Dan Allah tidak akan memperlihatkan hal-hal yang ghaib kepadamu, akan
tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-Rasul-Nya. Oleh karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertaqwa, niscaya kamu
peroleh pahala besar.”
[37]
Al-Qur’an
menerangkan kepada kita bahwa Allah memilih Isa Al Masih untuk membukakan
hal yang ghaib. Dengan kehendak-Nya
Allah memilih Isa Al Masih dari antara para pesuruh Allah untuk membukakan
hal sekecil apapun dari kehidupan orang, termasuk “apa-apa yang mereka makan,
dan apa yang mereka miliki sebagai kekayaan di rumah mereka”.
[38]
Mereka yang telah mengulas ayat tersebut di atas menyebutkan
banyak ceritera tentang pengetahuan Isa Al Masih akan hal-hal yang ghaib.
Kekuasaan ini hanya kekuasaan Allah yang diberikan kepada Isa Al
Masih sendiri di antara rasul-rasul lain.
Inilah sifat lain yang menambah keunikan Isa Al Masih.
Kemampuannya Melakukan Mujizat
Misi Isa Al Masih di bumi adalah memperbaiki
umat manusia untuk mematuhi Allah. Seperti
yang telah ditegaskan sebelumnya, ia diberi kekuasaan yang unik untuk membebaskan
umat manusia dari tipuan-tipuan Syetan. Ia juga diberi kekuasaan untuk menyembuhkan
orang dari penyakit badani sebagai suatu bukti bahwa ia dikirimkan Allah.
Kekuasaan Isa untuk menhancurkan pekerjaan
Syetan lebih jauh ditunjukkan ketika ia menyembuhkan orang atau mereka yang
sakit. Penyembuhan secara rohani jelas bisa menyembuhkan badan yang sakit.
Ini membuktikan bahwa perkataannya sepadan dengan perbuatannya.
Al-Qur’an
mengatakan bahwa mujizat yang dilakukan oleh Isa Al Masih merupakan “tanda
yang jelas” dari kekuasaan Allah. Tanda
yang jelas ini tidak diberikan kepada semua rasul. Al-Qur’an mengatakan:
Itulah keterangan-keterangan Allah. Kami bacakan kepadamu hai Muhammad, dengan
sebenarnya. Dan engkau sesungguhnya
seorang Rasul di antara rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul itu Kami lebihkan
seBahagian mereka dari yang lain. Diantaranya
ada yang langsung Allah bercakap-cakap dengan dia, dan sebagiannya Allah mengangkat
kemuliaannya beberapa derajat. Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa
mujizat dan kami perkuat dia dengan Roh Suci. Dan kalau Allah menghendaki niscaya orang-orang yang berada sepeninggal
rasul-rasul itu tidaklah akan saling membunuh setelah datang kepada mereka
beberapa keterangan. Namun mereka
berselisih juga, ada di antara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir.
Jika Allah menghendaki mereka tidaklah akan saling membunuh.
Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya
[39]
Baidawi mengulas ayat tersebut di atas
seperti berikut:
Allah menjadikan mujizat Isa Al Masih sebagai
bukti kecintaan-Nya kepada Isa (melebihi rasul-rasul lain) karena semua mujizatnya
adalah pertanda yang jelas dan luar biasa. Dan semua mujizatnya tidak dilakukan oleh yang lain kecuali dia.
[40]
Mujizat yang khusu dan istimewa ini
membuktikan/menunjukkan bukan hanya kecintaan Allah kepada Isa daripada rasul-rasul
lainnya tetapi juga merupakan ukuran dari kecintaan tersebut. Allah memberikan beberapa rasul kemampuan melakukan
beberapa mujizat, tetapi Bahagian mujizat yang diberikan kepada Isa melebihi
daripada apa yang diberikan kepada rasul-rasul lain. Jadi kita bisa melihat bahwa dengan melakukan
mujizat secara jasmani Isa Al Masih dibedakan.
Ini juga membuktikan kekuasaannya melakukan mujizat secara rohaniah dilebihkan dari yang lain. Jadi kemampuannya melakukan mujizat yang tidak
bisa tertandingi baik secara jasmani maupun rohaniah menunjukkan sifat Al Masih yang unik.
Kemampuannya untuk Mencipta
Sementara kekuasaan Isa Al Masih melakukan
mujizat benar-benar tidak tertandingi, ukuran kekuasaan ini diberikan juga
kepada beberapa nabi lainnya. Tetapi kekuasaan untuk mencipta hanya diberikan
kepadanya. Menurut Al-Qur’an, kekuasaan mencipta ini tidak
dimiliki oleh nabi-nabi yang lainnya.
Al-Qur’an
menantang orang kafir dengan menyatakan:
Hai manusia, telah dibuat orang perumpamaan mengenai
Aku lalu dengar dan pahamilah baik-baik keadaannya, yaitu: segala yang disembah
selain Allah itu tidak akan mampu membuat seekor lalatpun, sekalipun mereka
bekerja-sama untuk itu. Bahkan kalau
lalat-lalat itu merampas sesuatu dari berhala itu, sang berhala tidak dapat
merebutnya kembali dari sang lalat. Yang
menyembah dan yang disembah sama-sama lemah.
[41]
Meskipun demikian menurut Al-Qur’an, Isa adalah satu-satunya orang
yang diberikuasa oleh Allah untuk menciptakan sesuatu dari tanah liat. Al-Qur’an mengutip kata-kata Isa seperti
berikut:
Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani
Israil. Katanya: “ Aku ini datang
kepadamu membawa tanda mujizat dari Tuhanmu yiaitu aku dapat membuat dari
tanah liat ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi
seekor burung dengan izin Allah. Dan
aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit kusta, dan menghidupkan orang
mati dengan izin Allah. Lagi pula
aku dapat memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang
kalian simpan di rumah kalian masing-masing. Semua ini adalah menjadi tanda
buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman.
[42]
Jadi Al-Qur’an menjelaskan bahwa Isa memiliki kekuasaan untuk menciptakan
sesuatu dari tanah liat, yang menurut beberapa orang sama dengan merubah tongkat
Nabi Musa menjadi ular. Kendatipun
penapsir Al-Qur’an yang cermat membuktikan
bahwa ini bukan hal yang dimaksudkan. Dalam Al-Qur’an,
Allah bertanya kepada Musa:
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?
Musa menjawab: “Inilah tongkatku, alat untuk aku bertelekan, juga untuk
pemukul dahan-dahan kayu supaya daunnya berguguran untuk makanan kambingku,
dan banyak lagi keperluanku yang lain dengan tongkat ini.
Allah berfirman: “Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa”.
Segera Musapun melemparkan tongkatnya, serta merta tongkat itu menjelma
jadi seekor ular yang merayap dengan lincah.
[43]
Ketika melihat ular itu melingkar yang
dirubah dari tongkat, Musa berbalik dan lari dengan ketakutan. Tetapi Allah memanggilnya seraya mengatakan:
“Musa jangan takut”.
[44]
Dalam kejadian di atas, Allah melakukan
mujizat untuk meyakinkan Musa akan kekuasaan-Nya. Ketika Musa melemparkan tongkatnya ia tidak
mengharapkanny amenjadi ular, ketika ternyata menjadi ular, ia lari dengan
ketakutan. Jelas dalam kejadian ini,
bukan Musa yang keluarkan langkah pertama, tetapi Allah-lah yang melakukan
perubahan itu.
Mujizat yang sama juga dilakukan di
depan Firaun ketika Allah “memberikan wahyu kepada Musa, “lemparkan tongkatmu”.
Sekonyong-konyong Ular (tongkat) itu menelan semua ular mereka.”
[45]
Dalam kejadian tersebut, Musa tidak
melakukan apa-apa lagi kecuali mentaati perintah Allah seperti sebelumnya. Allah menyuruhny untuk melemparkan tongkatnya
dan Musa menurut saja. Jadi yang berinisiatip
adalah Allah bukannya Musa. Memang
itulah sifat-sifat bagaimana Allah memberikan mujizat kepada Musa, seperti
yang bisa dilihat dari berbagai kejadian lainnya. Contohnya, sewaktu Bani Israil sedang haus,
ada perintah Allah menyuruh Musa untuk memukul batu
[46]
, dan ketika mereka keluar dari Mesir sebelum menyebrangi
laut Allah memerintah Musa untuk
memukulkan tongkatnya pada air laut ‘...lalu belahlah laut itu, sedangkan
masing-masing belahannya seperti gunung yang besar’.
[47]
Dalam setiap kejadian-kejadian tadi,
Allahlah yang menjadi pembuat inisiatip.
Bukan Musa yang mengendalikan waktu dan cara bagaimana mujizat bisa
dilakukan, tetapi Allahlah yang melakukannya.
Ketika Isa melakukan penciptaan, Allah
membiarkan Isa melakukan inisiatip sendiri dalam melakukan mujizatnya dan
memberikan hidup. Ayat Al-Qur’an menggambarkan kegiatan-kegiatan
Isa dalam pengertian berikut:
Aku ini datang kepadamu membawa tanda mujizat
dari Tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat ini rangka burung untuk
kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit
kusta, dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Lagi pula aku dapat memberitahukan kepada kalian
apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian masing-masing.
Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman.
[48]
Isa tidak disuruh Allah menghidupkan
orang yang mati atau menyembuhkan orang buta sebagaimana Musa. Tetapi Allah melebihkan Isa dengan kekuasaan
yang diberikan-Nya mempunyai hak berinisiatip. Musa tidak meniupkan sesuatu
roh pada tongkatnya supaya menjadi ular, tetapi Isa meniupkan roh pada tanah
dan jadilah makhluk hidup darinya.
Ibn ‘Arabi, seorang penulis Sufi agung
dalam menjawab pertanyaan berikut, “Dengan cara bagaimana Allah membedakan
setiap rasul?”, ia menjawab:
Allah memberikan Adam pengetahuan an Nama-nama Agung, kepada Musa dengan
berbicara kepadanya dan dengan Taurat, dan membedakan Rasulullah [Muhammad]
apa yang Muhammad sebutkan sendiri “Ia
diberikan kebesaran berbicara”. Kepada
Isa Allah membedakannya dengan roh,
ditambah dengan meniupkan roh pada yang ia ciptakan dari tanah, itu hanya
kepada Isa saja,dan Allah tidak menambah kuasa untuk memberi kehidupan melalui
hembusan kepada rasul yang lain kecuali
Isa, selain dari diri Allah Yang Maha Tinggi sendiri.
[49]
Penciptaan makhluk hidup tidak begitu
saja diberikan kepada nabi-nabi lainnya, tetapi hanya kepunyaan Allah semata
dan hanya diberikan kepada Isa Al Masih.
Kemampuannya untuk Menghidupkan yang Mati
Al-Qur’an
menyatakan dengan jelas bahwa Isa menghidupkan orang mati:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan
membaca Kitab-kitab Suci, ilmu kebijaksanaan, taurat dan Injil ...dan menghidupkan
orang mati dengan izin Allah. ... Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian,
kalau kalian benar-benar beriman.
[50]
Hadis juga mendukung kenyataan ini
dengan menyebutkan nama-nama orang yang dibangkitkan kembali oleh Isa Al Masih
bahkan setelah tubuhnya membusuk. Para mufasir setuju bahwa kekuasaan untuk
menghidupkan orang mati adalah keMaha-Kuasaan Allah; yang kepunyaan Allah
sendiri saja. Al-Qur’an menyatakan:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami sambil melupakan
penciptaannya semula. Ia bertanya:
“Siapa pulakah yang dapat menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah
hancur?” Jawablah: “Yang dapat menghidupkannya
kembali, ialah Allah yang telah menciptakannya dahulu untuk yang pertama kalinya.
Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”.
[51]
Karena Allah sebagai Pencipta atau
Sumber Hidup, maka Dia sendiri yang bisa menghidupkan orang yang mati. Suyuti dalam ulasannya menghubungkan dua kejadian
Isa menghidupkan orang yang mati dengan penekanan yang khusus – atas suara
Isa. Dalam kasus pertama Isa membangkitkan
Sam anak Nabi Nuh:
Bani Israil datang kepada Isa memohonnya sambil
berkata: “Sam anaknya Nuh dikuburkan di sini, tidak jauh. Mohonlah kepada Allah untuk menghidupkannya
kembali. Isa kemudian memanggilnya
dengan satu teriakan dan Sam keluar dari kubur dengan rambut beruban. Orang-orang
berseru: “Ia meninggal ketika ia masih muda, mengapa rambutnya jadi putih?” Sam menjawab: “Ketika aku mendengar
suara Isa, aku pikir ‘satu teriakan’”.
[52]
Dalam kasus kedua, Isa membangkitkan
saudara laki-lakinya:
... Ketika Isa diberitahu di mana kuburannya,
Ia memanggilnya dengan teriakan satu kali, saudara laki-lakinya keluar dengan
rambut beruban/putih ... Isa bertanya kepadanya:
‘Apa yang terjadi kepadamu?’ Dia menjawab: ‘Aku mendengar suaramu dan aku
pikir itu sebagai ‘satu teriakan’.
[53]
Dari dua cerita di atas, kita bisa
melihat suara Isa dipahami sebagai suatu teriakan yang akan membangkitkan
orang mati di Hari Kiamat. Orang-orang
yang dibangkitkan memahami hal itu dan sampai rambut mereka berubah menjadi
putih.
Acuan ini terdapat dalam Al-Qur’an 73:17:
Mana bisa kamu akan dapat menyelamatkan diri dari
“huru-hara goncangan suatu hari”, di mana anak-anak dapat beruban karena memikirkan kedahsyatannya
kalau kamu tetap saja kafir.
Dan dalam Al-Qur’an juga disebutkan pada 38:15: “Mereka tiada menanti, melainkan
suatu teriakan yang tidak dapat ditarik kembali”.
Ibn ‘Arabi, dalam Fusus Al-Hikam, mengatakan tentang Isa
menghidupkan kembali orang yang mati:
Katanya, ketika ia menghidupkan orang yang mati,
memang dia dan bukan dia (yakni, yang bisa menghidupkan berkat kekuasaan Allah)
dan orang yang menyaksikan tercengang seorang manusia bisa menghidupkan kembali
orang yang mati, sementara dengan sifatnya yang agung menghidupkan orang hanya
dengan suatu teriakan ... orang-orang yang menyaksikannya tetap bingung karena
melihat tindakan yang agung itu dilakukan oleh seseorang yang berbentuk manusia
(yaitu Isa).
[54]
Qashani mengulas kata-kata Ibn ‘Arabi
tersebut sebagai:
Kebingunan timbul ... begitu orang melihat seorang
manusia tanpa suatu keraguan dan dari dirinya muncul sifat yang agung; yakni
menghidupkan orang yang mati, dengan satu teriakan memohon berkat Allah.
Baginya (Isa) biasa berkata kepada orang yang mati “Hidup! Bangkitlah
dengan izin Allah atau dengan Nama Allah, atau dalam Allah’; dan orang mati
akan bangkit dan sambil menjawab, “Inilah aku, siap melayani (atau mengabdi)”.
[55]
Dalam
Hadis yang dikutip oleh Suyuti, Isa membangkitkan Sam dan saudara laki-lakinya
hanya dengan suatu teriakan, bukan dengan doa.
Ia memanggil mereka dari dunia mati ke dalam dunia hidup kembali seperti
memanggil seseorang dari satu kamar ke kamar yang lainnya. Isa memiliki kewenangan atas dunia kematian.
Al-Qur’an tidak menyebutkan ada
nabi lain yang bisa menghidupkan orang mati dengan atau tidak seizin Allah.
PENGAKUAN
ALLAH ADALAH LEBIH AGUNG
Para
Nabi Menulis tentang Dia
Di
Bahagian Pertama kita sudah melihat bahwa jelas nabi-nabi sungguh-sungguh
memperlihatkan pada dua tokoh yang penting.
Mereka bernubuat tentang Al Masih yang benar sambil memperingatkan
akan Al Masih palsu, yakni si Dajjal. Razi
mengatakan bahwa menurut para akhli pikir Muslim:
Isa
disebut sebagai Firman Allah, karena telah dinubuatkan tentang dirinya dalam
Kitab-kitab Suci nabi-nabi sebelumnya.
[56]
Sebaliknya, Hadis memperingatkan akan datangnya
si Dajjal, Al Masih yang palsu yang nabi-nabi peringatkan pula kepada bangsa/umatnya,
seperti halnya Nabi Nuh peringatkan:
Aku peringatkan terhadap dia dan tidak ada satu orang nabipun yang tidak
memperingatkan umatnya terhadap si Dajjal.
Bahkan Nabi Nuhpun mewanti-wantikan.
[57]
Isa
tidak dinubuatkan hanya sambil lalu saja oleh satu atau dua orang nabi. Tetapi nubuat akan dia sangat jelas, banyak,
dan spesifik bahwa ia disebut sebagai Firman Allah. Nabi-nabi hanya bisa mengatakannya karena semata dikomunikasi oleh
Allah, sehingga sangat jelas bahwa nabi-nabi sebelum dia meramalkan atau bernubuat
akan dia. Tidak ada nabi lain yang mendapat perlakuan dan perhatian Ilahi
yang sangat agung.
Jika
perhatian seperti itupun diberikan kepada si Dajjal, itu adalah karena si
Dajjal mewakili kegelapan dan penipuan yang luar biasa dalam sejarah umat
manusia. Sedangkan perhatian yang serupa diberikan kepada Isa adalah karena
ia mewakili yang sebaliknya. Perhatian
nubuatan agung yang diberikan kepada Isa adalah karena dia merupakan suatu
manifestasi teragung nur/cahaya dan kebenaran yang ilahi dalam sejarah umat
manusia.
Jika
iblis dan orang kafir dengan kuatnya menentang Isa, para nabi yang diberi
wahyu oleh Allah mengakui akan kekuasaan dan kepentingannya. Nabi Yahya ialah salah satu contohnya.
Al Masih Disujud ketika masih
dalam Kandungan
Isa
adalah satu-satunya nabi yang dijunjung tinggi selagi ia masih dalam kandungan
ibunya. Para mufasir sepakat bahwa
Nabi Yahya adalah orang pertama yang percaya bahwa Isa adalah Firman Allah.
[58]
Sebenarnya ia melakukan hal itu
sementara mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Razi melaporkan ceritera
berikut yang juga dilaporkan oleh Ibn Khatir:
... Ibu Isa bertemu dengan Ibunya yahya, keselamatan bagi mereka. Kedua
ibu itu sedang hamil: yang satu mengadung Isa; yang satu lagi mengadung Yahya.
Ibu Yahya bertanya kepada Maryam, “Engkau rasakan ada bayi dalam kandunganku?”
Maryam berkata: “Aku juga sedang mengandung.” Maka isteri Nabi Zakaria berkata:
“Aku menemukan bahwa bayi di dalam kandunganku bersujud kepada bayi dalam
kandunganmu”.
Inilah yang diartikan pengakuan Yahya atas percayanya kepada Isa sebagai
Firman Allah, yang ditemukan dalam Al-Qur’an
3:39 ... Yahya akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan dengan Kalimat-Cipta
daripada Allah.
[59]
Ibn
Abbas mengakui kebenaran kepercayaan itu ketika ia mengatakan bahwa Yahya
lebih tua enam bulan dari Isa, dan ialah yang pertama kali percaya dan mengakui
Isa sebagai Firman Allah dan Roh Allah.
[60]
Meskipun
Yahya adalah seorang nabi yang besar
[61]
yang disebut sebagai seorang sayed
[62]
dalam Al-Qur’an (artinya ‘pemimpin orang-orang
beriman’,
[63]
dan ‘orang penting sebagai penguasa dan pemimpin anutan
dalam agama’)
[64]
, ia bersujud di dalam kandungan ibunya kepada Isa. Yahya
adalah juga enam bulan lebih tua dari Isa.
Menurut kebiasaan atau adat, sebenarnya Isa yang seharusnya bersujud
kepada Yahya karena ia lebih muda, tetapi dalam hal ini sebaliknya Yahya yang
bersujud kepada Isa.
Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa kita
tidak diberitahu bahwa Isa percaya atau mengakui Yahya adalah seorang nabi,
tetapi kita diberitahu bahwa meskipun Yahya lebih tua daripada Isa, dialah
orang yang pertama sekali mengakui Isa adalah Firman Allah. Meskipun keduanya adalah nabi, Yahya bersujud
kepada Isa. Isa patut mendapatkan
penghargaan dan hormat yang lebih tinggi daripada seorang nabi karena ia lebih
tinggi tingkatannya daripada nabi. Ia
adalah Firman Allah.
Al
Masih Diberi Wahyu yang Sempurna
Al-Qur’an menyebutkan Isa sebagai telah diajarkan oleh Allah seluruh firman yang
telah diwahyukan Allah:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan membaca Kitab-kitab Suci,
ilmu kebijaksanaan, Taurat dan Injil.
[65]
Mengulas
pada ayat ini, Razi mengatakan bahwa:
Ia yang mengetahui rahasia Kitab yang Allah Maha Tinggi wahyukan, kemudian
Allah mewahyukan kitab lainnya setelah itu, dan menjelaskan dengan terang
kepadanya semua rahasia-Nya, yang merupakan tujuan akhir, pemahaman yang sangat
tinggi dan penguasaan rahasia-rahasia intelektual dan keagamaan, dan pengetahuan
akan kebijaksanaan atau hikmah baik yang rendah maupun yang tinggi derajatnya.
[66]
Baidawi menjelaskan bahwa ‘Kitab’ yang
disebutkan dalam ayat tersebut merupakan “kata asli untuk Kitab-kitab yang
telah diwahyukan”. Menurut penyataan
Al-Qur’an “Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil”
sudahlah sempurna dan tidak ada lagi yang perlu ditambahkan, yang artinya
mencakup semua firman Allah yang diwahyukan.
Jelaslah
dari pernyataan di atas bahwa tidak ada nabi-nabi lain yang diberikan wahyu
secara total dari Kitab-kitab Suci kecuali yang diberikan kepada Isa Al Masih.
Al
Masih Diperkuat oleh Roh Suci
Sifat menonjol yang lainnya dari Isa ialah bahwa
ia sendiri diakui dan dikuatkan oleh Roh Suci. Isa selalu terus-terusan didampingi oleh Roh Suci dari mulai ia
dalam kandungan sampai ia diangkat ke syurga.
Sebagaimana Al-Qur’an menyatakan:
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa lalu Kami iringi
sesudahnya beberapa orang Rasul dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam
beberapa keterangan-keterangan mujizat, serta Kami perkuat dia dengan Roh
Suci.
[67]
Razi
mengulas ayat ini sebagai berikut:
Hak istimewa dari Jibril (yakni Roh Suci) kepada Isa merupakan sifat atau
ciri yang menonjol, sehingga dia satu-satunya nabi di antara para nabi yang
dibedakan.
[68]
Kemudian
Razi mengatakan tentang Malaikat Jibril:
... yang menyampaikan kabar baik kepada Maryam tentang kelahiran Isa dan
kehamilannya ditiupkan Malaikat Jibril; ia yang menyertai Isa dalam situasi
apapun dan ia selalu menyertai gerak-gerinya setiap saat ke manapun Isa pergi.
[69]
Jelaslah
bahwa Roh Suci menyertai Isa dan sebagai kekuasaan yang mengawasi Isa sepanjang
hidupnya. Sebagaimana Razi katakan,
Malaikat Jibril tidak meninggalkan Isa sesaatpun.
[70]
Di
lain pihak, Nabi Muhammad hanya dikunjungi atau didatangi oleh Malaikat Jibril.
Satu saat ia bertanya kepada Malaikat Jibril, ‘Apakah yang menahan
anda tidak sering mengunjungi kami sekarang?’ Untuk pertanyaan tersebut, Malaikat
Jibril menjawab: ‘Kami malaikat-malaikat turun ke bumi hanya karena perintah
Tuhanmu’.
[71]
Isa
didampingi oleh Roh Suci secara kekal tanpa gangguan atau interupsi. Untuk memahami kebersamaan Isa dan Roh Suci
kita perlu mengetahui tentang tempat Roh Suci (Jibril) di Kerajaan Allah.
Menurut
Razi, Malaikat Jibril adalah pemimpin dari semua pemimpin malaikat yang sangat
tinggi di antara malaikat. Kedudukannya
dilengkapi dengan hak-hak istimewa tertentu dan tanggung-jawabnya yang diberikan
Allah kepada Malaikat Jibril.
Pertama, Malaikat Jibril diberikan kepercayaan untuk menyampaikan pesan-pesan
Allah kepada para nabi.
[72]
Kedua, Allah Yang
Maha Tinggi menyebutkan Malaikat Jibril dalam Al-Qur’an sebagai memiliki kedudukan yang terdepan di antara para
malaikat. Malaikat Jibril adalah pemimpin
malaikat yang berwenang memberikan inspirasi atau ilham dan pengetahuan, sementara
Malaikat Mikail yang berwenang memberikan makanan dan kehidupan.
Karena pengetahuan atau ilmu adalah merupakan makanan roh, maka lebih
mulia daripada makanan yang berbentuk fizikal .
Jadi Malaikat Jibril lebih tinggi harkatnya daripada Malaikat Mikail.
Ketiga, Allah membuat
Malaikat Jibril mendapatkan kedudukan
kedua dari-Nya.
Keempat, Allah menyebutnya sebagai Roh Suci.
Kelima, Malaikat Jibril
diberikan kekuasaan untuk memenagkan umat yang berada di pihak Allah dan menghancurkan
umat yang memusuhi Allah.
Keenam, Allah memuji
Malaikat Jibril dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya Jibril itu, berdaya ingatan amat kuat, di samping berkedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai Singgasana, disegani antara
sesama malaikat, bahkan sangat dipercaya’
(Al-Qur’an, 81:20, 21). Oleh karena itu, misi Malaikat Jibril adalah
sebagai rasul Allah bagi semua nabi...daerah
kekuasaannya (‘umah) adalah para
semua nabi. Ia mulia dihadapan Allah
karena Allah membuat dia sebagai perantara antara Allah sendiri dengan abdi-abdi-Nya
yang mulia...yakni para nabi. Allah memberikan kedudukan kedua dari-Nya ... Malaikat Jibril adalah
Imam dan Teladan dari para malaikat.
Ia terpercaya.
[73]
Kita
bisa mengambil kesimpulan dari keterangan di atas bahwa Roh Suci, yakni Malaikat
Jibril, sebagai Pemimpin dan Imam dari semua malaikat. Ia lebih mulia dari Malaikat Mikail, di mana
ia mendapatkan kedudukan yang tertinggi karena ia menempati kedudukan kedua
dari Allah Yang Maha Tinggi, dan ia adalah pesuruh bagi nabi-nabi, yakni dari
seorang nabi kepada nabi-nabi yang lain.
Karena
Isa tidak berdosa, ia selalu disertai Roh Suci. Andaikan ada cela dalam diri
Isa, maka Roh Suci sudah tentu akan meninggalkannya paling sedikit selama
saat tertentu dalam hidupnya. Tetapi
Isa terus-terusan menjadi pusat perhatian pemimpin malaikat (Jibril) yang
mempunyai kedudukan kedua setelah Allah Yang Maha Tinggi. Inilah suatu kehormatan yang unik yang hanya dimiliki oleh Isa Al
Masih.
Al
Masih Berkedudukan dekat dengan Allah
Razi mengatakan bahwa roh Isa Al Masih sebagai:
suci, tinggi, mulia, terang benderang dengan nur cahaya ilahi, dan sangat
besar kedekatannya dengan roh-roh malaikat (atau sangat banyak mirip dengan
roh para malaikat).
[74]
Al-Qur’an tidak mengatakan bahwa roh Isa
sama dengan roh para malaikat, tetapi Isa lebih dekat di sisi Allah sendiri.
Ungkapan Razi mengandung arti bahwa roh Isa lebih dekat dengan malaikat,
tetapi Al-Qur’an mengungkapkan bahwa Isa berada dekat di sisi tiada yang
lain kecuali Allah. Kami baca dari Al-Qur’an,
3:45-47 bahwa para malaikat berkata kepada Maryam:
Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira
dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih Isa bin Maryam, orang
terhormat di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada
Allah.
Pengungkapan Razi dari arti kedudukannya dekat
dengan Allah memberikan gambaran yang jelas dari kedekatannya ini:
Pujian ini sama besarnya dengan pujian yang diberikan kepada malaikat,
sehingga Allah dengan keterangan ini telah memberikan peringkat atau derajat
Isa sama dengan derajat dan mendapat kedudukan yang sama dengan para malaikat.
[75]
Adalah
penting untuk diketahui bahwa para malaikat yang disebutkan dalam ulasan Razi
bukanlah malaikat biasa, tetapi mereka adalah malaikat-malaikat yang berada
di sekitar Takhta Allah.
Sampai
di mana dekatnya Isa dengan Allah? Jawabannya
secara jelas ditemukan dalam kenyataan bahwa Allah mengirimkan yang terdekat
kepada-Nya yakni Roh Suci (Jibril) untuk berada dalam diri Isa.
Allah tidak mengirim Mikail atau Isofil tetapi hanyalah Pemimpin atau
Imam dari semua malaikat, dan orang yang terdekat dengan Yang Maha Tinggi.
Menurut
Razi, Malaikat Jibril bukan hanya dekat dalam kedudukan atau kepangkatannya,
tetapi juga Malaikat Jibril berhubungan sangat dekat sekali dengan Allah. Dalam penjelasannya tentang arti ungkapan ‘Roh
Kami’
[76]
, Razi menulis:
Dia (Allah) menyebut dia (Jibril) sebagai Roh-Nya karena dia sumber kehidupan
agama atau menunjukkan kasih-Nya dan kedekatan-Nya kepada dia, seperti mungkin
anda mengungkapkan kasih sayang kepada yang paling anda cintai sebagai ‘engkau
adalah nyawaku atau jiwaku’.
[77]
Jadi
Malaikat Jibril tinggi derajatnya dengan Allah dan paling dikasihi Allah. Hak istimewa Allah kepada Malaikat Jibril untuk
menyertai Isa merupakan suatu petanda betapa berharganya Isa pada Allah atas
nilai karunia yang diterima oleh yang menerimanya. Tidak ada yang paling berharga daripada kekekalan
penyertaan Roh Suci, kecuali Hadirat Allah itu sendiri.
Al
Masih Diangkat dekat ke Sisi Allah
Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa Isa diangkat di sisi Allah dan ia hidup
sekarang:
...Mereka membunuhnya dengan keraguan ...Tetapi yang sebenarnya Allah telah
mengangkat derajat Isa ketempat yang mulia. Dan adalah Allah Maha Perkasa dan Bijaksana
[78]
...Allah berfirman: ‘Hai Isa! Aku akan mewafatkanmu, dan mengangkat derajatmu
di sisi-Ku, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang kafir. Dan pengikut-pengikutmu akan Aku jadikan lebih
mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kiamat.
[79]
Al-Qur’an juga menggunakan perkataan “mengangkat”
atau “meninggikan” yang ada kaitannya dengan Nabi Muhammad:
Dan Kami angkat keharuman namamu?
[80]
Dalam
kenyataan ini, kemashuran Nabi Muhammad yang diangkat, bukannya diri Nabi
Muhammad itu sendiri.
Kata
“ditinggikan” juga digunakan dengan kaitannya dengan Nabi Idris yang menurut
cerita telah ‘diangkat ... ke atas tempat yang tinggi’.
[81]
Tempat mana yang diperuntukkan bagi Nabi Idris tidaklah
diketahui. Di samping itu, secara faktanya ia diangkat
ke suatu ‘tempat’ yang mengindikasikan tempat secara jasmani bukannya secara
rohaniah . Razi mengatakan bahwa arti
yang diinginkan utama adalah ‘ditinggikan’ karena pengangkatan Nabi Idris
diasosiasikan dengan tempat secara jasmani dan bukannya derajatnya.
[82]
Namun dalam hal Isa, Al-Qur’an menyatakan bahwa:
...Allah berfirman: ‘Hai Isa! Aku akan mewafatkanmu, dan mengangkat derajatmu
di sisi-Ku, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang kafir. Dan pengikut-pengikutmu akan Aku jadikan lebih
mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kiamat.
[83]
Jelas
sekali, Isa tidak diangkat ke tempat yang tinggi seperti Nabi Idris, tetapi
ia diangkat ke sisi Allah. Razi mengulas ayat Al-Qur’an
4:158:
Pengangkatan Isa ... yang teruji dalam ayat ini dan kesamaannya dalam Al-Qur’an 3:55 itu membuktikan bahwa pengangkatan
Isa ke sisi Allah merupakan suatu karunia yang nilainya lebih bessar daripada
Firdaus itu sendiri dan kenikmatan-kenikmatan jasmani. Dan ayat itu sendiri
membukakan kepada anda pintu ilmu/pengetahuan akan kesukacitaan rohaniah .
[84]
Justru,
menurut Razi, pengangkatan Isa ke sisi Allah itu lebih agung daripada Firdaus,
dengan segala yang terdapat dalam ratusan tingkatnya,
[85]
baik tingkat yang paling bawah maupun yang tertinggi.
Dan apakah yang lebih besar dari Firdaus dan segala kenikmatan-kenikmatan
jasmaninya? Jawabannya ialah: Hadirat
Allah.
[86]
Razi
menambahkan lagi artinya ayat “Dan mengangkat derajatmu di sisi-Ku” sebagai
“Aku mengangkat derajatmu dalam Hadirat Kemuliaan-Ku”,
[87]
kemuliaan yang tertinggi untuk selama-lamanya.
Tidak seperti Nabi Idris. Isa tidak diangkat ke suatu tempat, karena
ayat di atas tidak menyebutkan nama sesuatu tempat. Sebaliknya, ayat itu berulangan menyatakan Isa telah “diangkat ke
sisi Allah’, atau (seperti yang Razi nyatakan), ‘Isa telah diangkat ke Hadirat
Kemuliaan Allah’ – yakni, untuk bersama Allah.
Ia lebih tinggi dari segala sesuatu. Semasa hayatnya di bumi, Isa dibedakan
dan dikasihi dengan kehadiran terus-terusan Roh Allah. Dan kini ia menikmati yang terunggul: Allah
sendiri.
Al
Masih Sebagai Pengetahuan Hari Kiamat
Keterangan ini telah dibahas di Bahagian Pertama
tetapi kita akan membahas secara singkat beberapa pandangan yang relevan pada
Bahagian ini. Meskipun Hadis mengungkapkan
beberapa tanda-tanda tentang Hari Kiamat, Al-Qur’an secara tegas mengakui bahwa Isa
sebagai pengetahuan saat Hari Kiamat:
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar
memberikan pengetahuan kepadamu tentang terjadinya kiamat, karena itu janganlah
kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu, dan ikutilah petunujk-Ku. Inilah jalan yang lurus.
[88]
Beberapa
mufasir mengatakan bahwa dalam ayat ini sebagai pengetahuan akan Hari Kiamat
ialah Al-Qur’an itu sendiri. Namun demikian mayoritas mufasir yang ternama
mengatakan bahwa ayat itu mengacu ke Isa, di mana penjelasannya sebagai berikut:
Adalah ia, yang berarti Isa, yang merupakan suatu syarat Hari Kiamat diketahui.
[89]
Saat-saat akhir ini diketahui oleh kemunculannya, yakni kemunculan Isa
Al Masih, pengetahuan tentang Hari Kiamat.
[90]
Ia (Isa) adalah tanda atau petanda akhir jaman atau ia sebagai saat-saat
Hari Kiamat atau ia sendiri sebagai suatu syarat atau pensyaratan atas kejadian
tersebut.
[91]
Menurut
penyataan-penyataan tadi, Isa sebagai suatu tanda dan persyaratan atas kejadian
Hari Kiamat.
Beberapa
orang mengatakan bahwa ia adalah pengetahuan Hari Kiamat, karena mujizatnya
yang besar. Shokani, dalam Fath al-Qadeer mengatakan bahwa:
...kelahiran Isa dari seorang perawan, dan bangkitnya dari kematian adalah
sebagai bukti atas kebenaran kebangkitan kembali yang terakhir.
[92]
Ibn-Khatir
mengatakan bahwa:
Mujizat Allah yang diperlihatkan dengan perantaraan tangan Isa Al Masih
dalam menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit, merupakan bukti
yang cukup kuat bagi kepastian Hari Kiamat.
[93]
Ibn-Khatir
kemudian menolak pendapat bahwa ayat ini menyebutkan tentang Al-Qur’an sebagai petanda Hari Kiamat:
Yang benar ayat yang dimaksudkan mengacu kepada Isa Al Masih, karena konteks
dari ayat itu adalah mengenainya, yang artinya bahwa Isa akan datang sebelum
Hari Kebangkitan.
[94]
Dalam
ulasannya pada Bahagian kedua ayat tersebut, Ibn-Khatir mengatakan:
Janganlah ragu dan meragukan, karena ia pasti akan terjadi.
[95]
Jadi,
baik Shokani maupun Ibn-Khatir mengatakan bahwa mujizat-mujizat Isa Al Masih
menghilangkan setiap keraguan tentang kenyataan Hari Kiamat. Beberapa orang mungkin menyangkal kepastian
akan Hari Kiamat tersebut tetapi Al-Qur’an
dengan secara lugas menyatakan bahwa Isa Al Masih merupakan harapan akan kebangkitan
kembali dan pembalasan dari Allah yang setimpal baik berupa hukuman ataupun
imbalan.
Al
Masih, Orang yang Terpilih oleh Allah dalam Pertempuran Terakhir
Hadis berulangkali mengatakan tentang si Dajjal
yang akan munculsebelum Hari Kiamat, yang menyebabkan banyak masalah di dunia
dan ia mengakui dirinya sebagai Allah Yang Maha Besar. Sebuah Hadis mengatakan:
Tidak ada kekacauan atau masalah yang diciptakan sebanyak apa yang terjadi
di waktu kehadiran si Dajjal kalau dihitung dari mulai Nabi Adam diciptakan
sampai Hari Kiamat.
[96]
Diakui
bahwa Hazifah orang yang paling dipercaya, mengatakan bahwa:
Bila Al Masih palsu muncul ke dunia bahkan manusia di dalam kuburpun akan
beriman kepadanya.
[97]
Al-Qadi
Abu Bakar Ibn al-‘Arabi (534 H) pula mengatakan:
Hadis-hadis yang menyebutkan si Dajjal (dalam Sahih Muslim) dan yang lainnya
adalah merupakan bukti bagi para pengikutnya, yakni para pengikut Kebenaran
akan adanya realitas tersebut dan si Dajjal adalah orang khusus dimana atas
pengetahuan Allah umat manusia akan menderita karenanya. Allah akan membuat si Dajjal memanifestasikan
beberapa kuasa Allah Yang Maha Besar seperti membangkitkan lagi orang mati
yang ia bunuh, bumi tumbuh subur atas kuasanya, Firdaus dan Nerakanya berupa
dua sungai, disertai dengan melimpah ruahnya bumi, ia bisa menyuruh langit
untuk menurunkan hujan dan bumi jadi subur karenanya.
[98]
Namun
Hadis juga mengungkapkan Isa akan datang untuk membunuh si Dajjal, dan ia
datang untuk menegakkan kedamaian dan memulihkan keimanan mereka untuk beriman
kepada Allah yang sesungguhnya. Hal
ini telah diterangkan dalam Bahagian "Kembalinya
'Isa di Akhir Zaman" diatas.
Jadi
menurut Hadis, Al Masih yang palsu akan datang sebelum Hari Kiamat. Kemunculannya akan merupakan tipuan yang terbesar
yang pernah dialami oleh umat manusia, dan merupakan manifestasi terakhir
dari Syetan serta suatu bencana yang paling buruk atas keimanan seseorang
terhadap Allah Yang Maha Besar sejak dunia diciptakan sampai Hari Kiamat.
Juga menurut Hadis, hanya Isa Al Masihlah yang mampu menghancurkan
si Dajjal dan yang bisa memperbaiki keimanan terhadap Allah Yang Maha Benar
dan Yang Kekal selamanya.
Bila
Allah melihat peradaban manusia di ambang kehancuran, Allah tidak akan mengutuskan
seorang nabi atau bahkan Malaikat Jibril imam para malaikat. Pertempuran yang terbesar di abad itu akan
dimenangkan oleh Isa Al Masih dengan kekuasaannya yang dalam waktu singkat
saja sebagaimana dinyatakan oleh Hadis:
Isa anak Maryam akan turun ke bumi ... dan akan menjadi imam dalam sembahyang.
Bila musuh Allah (si Dajjal) melihatnya, ia akan hancur seperti garam
dalam air.
[99]
Mengapa
Isa saja yang mampu menghancurkan si Dajjal?
Mengapa Allah menghantar Isa dan bukannya Musa, Ibrahim atau Idris? Jawabannya bisa ditemukan dalam Hadis berikut:
Bila godaan-godaan merayap hingga teranyam dalam hati seperti anyaman tikar,
hati yang menerimanya akan membentuk titik hitam sedangkan yang menolaknya
hatinya akan membentuk titik putih. Lama-kelamaan akan terbentuklah salah
satu diantaranya, apakah itu akan putih seperti pualam putih yang murni, yang
tipuan tidak mampu mempengaruhinya selama langit dan bumi berpijak pada tempatnya;
atau akan terbentuk hati yang hitam legam, yang banyak berdebu tak terurus
seperti bejana yang terbalik yang tidak bisa lagi dipakai apapun.
[100]
Sayuti
mengutip Ibn ‘Abbas yang mengatakan:
... di anatra mereka yang dilahirkan, hanya kepada Isa anak Maryam, Syetan
tidak bisa berpengaruh ataupun menyentuhnya.
[101]
Jadi
Isa adalah lebih berkuasa ke atas si Dajjal yang tidak bisa mempengaruhi atau
menguasainya. Oleh karenanya, Isa dipilih oleh Allah dalam Hari Kiamat. Dialah satu-satunya yang mampu menyelamatkan
dunia dari penipuan yang terbesar dan pengaruh iblis.
Al
Masih yang Maha Tinggi Selamanya
Al-Qur’an menggambarkan hanya ada dua orang yang mempunyai sifat kebesaran/kemegahan
yaitu Musa dan Isa. Mengenai Musa,
dikatakan:
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menganggu
Musa dengan tuduhan-tuduhan yang bukan-bukan, lalu Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan itu, dan dia adalah seorang yang mempunyai
kedudukan terhormat dalam pandangan Allah.
[102]
Dan
kepada Isa dinyatakan ketika malaikat berkata:
Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah
Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih Isa bin Maryam, orang terhormat
di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang terdekat kepada Allah.
[103]
Musa
dahulunya megah, tetapi kemegahan
Isa adalah lebih bersifat abadi.
Ia megah (wajih) bukan hanya dalam
kehidupan di dunia ini tetapi juga kehidupan di akhirat.
Razi
mengutip beberapa ulasan daripada akhli bahasa (linguist) Arab atas kata ‘wajih’:
Kata ‘wajih’ adalah orang yang terkenal. Karena Bahagian daripada badan yang paling dimuliakan adalah wajah
(akar kata dari ‘wajih’ adalah ‘wajh’ yang artinya wajah atau muka), jadi
wajah dijadikan suatu metafor untuk kesempurnaan atau kebesaran.
[104]
Musa
adalah yang paling terkenal di antara semua nabi sampai Isa datang. Perbedaannya dengan Musa ialah Isa lebih tinggi
tingkatannya dari Musa, di mana ia tidak akan tertandingi di mana Al-Qur’an menyatakan bahwa Isa adalah ‘wajih’
baik selama kehidupannya di dunia maupun di hari akhirat. Jika ada orang lainnya yang lebih tinggi daripada
Isa, maka tidak akan disebutkan bahwa Isa akan ‘wajih’ di hari akhirat.
Hal
ini dikuatkan dalam metafor Razi. Hanya
ada satu muka bagi setiap orang dan karenanya hanya ada satu orang yang lebih
tinggi atau megah baik di kehidupan di dunia maupun di akhirat. Makanya, Isa adalah ‘muka atau wajah’ dari
kehidupan ini, yaitu anggota yang paling dihormati dalam kehidupan ini. Dan ia juga merupakan ‘wajah atau muka’ yang
paling dihormati di hari akhirat. Keutamaan
Isa ini jadinya berkelanjutan, tidak tertandingi dan sempurna sepajang zaman.
Mengulas
atas arti ‘kemegahan dan kebesaran’, Shokani mengatakan: ‘kemegahan adalah
kekuasaan dan kewenangan’.
[105]
Apakah
sifat alamiah dari kemegahan itu? Baidawi
dan mufasir lainnya mengatakan bahwa:
Kemegahan dalam kehidupan ini adalah kemampuan bernubuat atau meramal masa depan atau masa akan datang tentang apa
yang akan terjadi, dan dalam kehidupan akhirat adalah mampu mendoakan orang
(menengahi), membela dan menyelamatkan.
[106]
Lebih
rinci atas hal ini Razi mengatakan:
Isa diperbedakan atau wajih dalam
kehidupan dunia ini, karena permohonannya
dikabulkan. Ia bisa menghidupkan
orang yang mati dan menyembuhkan yang buta dan kusta dengan doa-doanya.
Ia besar atau megah di kehidupan akhirat karena Allah membuatnya bisa
membela dan menyelamatkan umatnya yang benar dan Allah menerima segala doa syafatnya bagi mereka.
[107]
Menurut
Razi, kita bisa mendapatkan beberapa gagasan atau ide macam apa yang bisa
diberikan kepada Isa dalam kehidupan akhirat dengan melihat pembelaan atau
pengorbanannya selama berada di dunia. Selama
itu Isa Al Masih melalui pembelaannya bisa menghidupkan orang mati untuk hidup
kembali. Pengorbanan pembelaannya lebih kuat dari kematian.
Dan pembelaannya di hari akhirat akan lebih kuat daripada Neraka.
Kemegahan
Isa Al Masih (wajahah) di dalam
kehidupan duniawinya sebagai suatu ukuran akan kemegahannya di hari kemudian
atau akhirat. Ucapan-ucapannya atau
firmannya sangat kuat pengaruhnya baik kepada manusia maupun dengan Allah
karena firman-firmannya itu sangat kuat untuk membersihkan mereka dari dosa-dosanya
dan bisa menghidupkan orang mati. Firman-firmannya
lebih kuat dari dosa, kematian dan Neraka karena Neraka mendapat kekuatannya
dari dosa.
Mengenai
salah satu aspek dari kebesaran atau kemegahan Isa di dalam kehidupan di dunia,
Baidawi mengatakan:
Allah membuat mujizat-mujizatnya karena kecintaannya yang lebih, di mana
merupakan tanda-tanda yang jelas dan mujizat yang besar. Bila
mujizat-mujizat itu dipersatukan, tidak ada orang lain yang melaksanakannya.
[108]
Dalam
pandangan Baidawi, maka kemegahan Isa dalam kehidupan di dunia tidak tertandingi
oleh sesiapapun, kemegahannya di hari akhirat pun sama tidak akan bisa tertandingi.
[1] Al-Qur’an,, 3:45-47.
[2] Al-Qur’an,, 13:8.
[3] Al-Qur’an, 21:16.
[4] Javad Nurbakhash, Jesus in the
Eyes of the Sufis, Terbitan Khaniqahi-Nimatullahi,
London, 1983, hal. 19.
[5] Al-Qur’an, 11:74.
[6] Al-Qur’an, 26:78-82.
[7]Al-Qur’an, 4:163.
[8] Al-Qur’an,, 28:16.
[9] Al-Qur’an, 38:24.
[10] Al-Qur’an, 94:1-3.
[11] Al-Qur’an, 48:2. Juga lihat Al-Qur’an. 40:55, 4:106, 47:19. Al-Qur’an menyatakan beberapa dari
dosa-dosa ini. Lihat juga Al-Qur’an. 9:43 dan 80:1.
[12] Sahih Bukhari, Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 8, Hadis No. 319. Berikut adalah contoh
bagaimana Muhammad berdoa meminta pengampunan: “Ya, Allah! Basuhlah segala dosa-dosaku dengan air dari
salju, dan bersihkan hatiku dari segala dosa-dosa seperti jubah putih yang
telah disucikan dari kotoran, dan biarlah ada jarak yang jauh antara aku dengan
dosa-dosaku, seperti Engkau mencipta Timur dan Barat yang jauh antara
keduanya”. Sahih Bukhari, Hadis 379.
[13] Sahih Bukhari,
Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 8, Hadis
No. 408.
[14] Ibid., Jilid 5, Hadis No. 715 : ‘Ya Allah! Ampunilah aku, dan curahkan
belas-kasihan-Mu kepadaku.’
[15] Ibid., Jilid 4, Hadis No. 501.
[16] Al-Qur’an, 19:19.
[17] “Zakeyia” juga didapati dalam
Al-Qur’an 18:74 untuk menjelaskan seorang anak kecil, tetapi dalam konteks
yang berbeda. Ia telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggeris oleh Arthur J. Arberry sebagai “tidak bersalah”, dan
Galalan menginterpretasikannya sebagai “suci dari membunuh jiwa orang”.
[18] Sahih Bukhari,
Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 4, Hadis No. 506.
[19] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an
3:36.
[20] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an
3:36.
[21] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 3:45.
[22] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an 4:157.
[23] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an 4:171.
[24] Al-Qur’an, 49:13.
[25] Al-Qur’an, 40:7-9: ‘Mereka
para malaikat yang memangku Singgasana dan yang berada di sekitarnya
menyuarakan puja kepada Tuhannya, beriman kepadaNya dan meminta ampun untuk
orang-orang beriman...’
[26] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 23:7.
[27] Al-Qur’an, 19:31.
[28] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 3:39.
[29] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an 4:170.
[30] Al-Qur’an, 6:92, 155.
[31] Al-Qur’an, 3:96.
[32] Al-Qur’an 44:3.,
[33] Al-Qur’an, 24:35.
[34] Al-Qur’an, 6:59.
[35] Al-Qur’an, 7:188.
[36] Al-Qur’an, 6:50. (Lihat juga
ayat 11:31)
[37] Al-Qur’an, 3:179.
[38] Al-Qur’an, 3:49.
[39] Al-Qur’an, 2:252, 253.
[40] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an
2:253.
[41] Al-Qur’an, 22:73.
[42] Al-Qur’an, 3:49. (Juga lihat Surah 5:110).
[43] Al-Qur’an, 20:17-20.
[44] Al-Qur’an, 27:10.
[45] Al-Qur’an, 7:117.
[46] Al-Qur’an, 2:60.
[47] Al-Qur’an, 26:63.
[48] Al-Qur’an, 3:49.
[49] At-Tirmizi, Kitab Khatm
al-Awilya, (editor, Othman I. Yahya), Imperial Catholique, Beirut, 1965,
hal. 169 (Diambil dari al-Fotuhat
al-Makkiah,2;51, 52).
[50] Al-Qur’an, 3:48, 49; Lihat juga
Al-Qur’an, 5:110.
[51] Al-Qur’an, 36:78, 19
[52] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an 3:48, 49.
[53] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an 3:48, 49.
[54] Qashani, memetik Ibn ‘Arabi ketika memberi ulasan tentang Fusus al-Hakim, hal. 176.
[55] Qashani, memberi ulasan tentang Fusus
al-Hakim, hal. 176.
[56] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 3:39.
[57] Sahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Ashrat ‘as-Sa’ah, Hadis
No. 7000.
[58] Razi, memberi ulasan ayat Al-Qur’an
3:39 mengatakan ‘... Yahya yang akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan
dengan Kalimat-Cipta daripada Allah’ mengatakan bahwa ‘Apa yang dimaksudkan
sebagai “Kalimat-Cipta daripada Allah” itu ialah Isa, keselamatan bagi
dia. Ini adalah pilihan mayoritas
mufassirin.’
[59] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
3:39.
[60] Ibid. (Lihat juga Suyuti yang memberi mengulas ayat yang sama)
[61] Suyuti, memberi mengulas ayat Al-Qur’an
3:39 mengatakan ‘Seorang penyeru memanggil dari syurga mengatakan bahwa Yahya
adalah yang terbesar di antara mereka yang dilahirkan oleh wanita.’
[62] Al-Qur’an, 3:39.
[63] Galalayn, memberi mengulas
ayat Al-Qur’an 3:39.
[64] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
atas ayat Al-Qur’an 3:39.
[65] Al-Qur’an, 3:48..
[66]Razi, at-tafsir al-Kabir,
memberi ulasan ayat Al-Qur’an, 3:48.
[67] Al-Qur’an, 2:87.
[68] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas atas ayat Al-Qur’an, 2:87.
[69] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.
[70] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 3:52-55.
[71] Sahih Bukhari, M. Muhsin Khan
(terjemaham Inggeris), Jilid 4, Hadis No. 255.
[72] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 2:30.
[73] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an,
2:30.
[74] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
4:157.
[75] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
3:45.
[76] Al-Qur’an, 19:17: ‘Kemudian
Kami utuskan kepadnya Roh Kami (Jibril) yang menjelma dihadapannya seperti
manusia biasa.’
[77] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 19:17.
[78] Al-Qur’an, 4:157, 158.
[79] Al-Qur’an, 3:55.
[80] Al-Qur’an, 94:4.
[81] Al-Qur’an, 19:57.
[82] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 19:57.
[83] Al-Qur’an, 3:55.
[84] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an,4:158.
[85] Yousef al_Qaradawi, ‘Elewah Mostafa’ dan ‘Ali Gammar, at-Twahid, Qatar, 1968, hal 205.
[86] Ini bukanlah sesuatu yang asing dalam
ilmu Tasawuf Islam. Razi
mengatakan bahwa orang-orang Muslim yang mengikut ilmu Tasawuf Moshabaha
“memegang teguh ayat di atas dan mengambil kesimpulan bahwa Allah semestinya
berada di tempat yang sama, di Syurga karena Isa telah diangkat secara jasmani
ke sisi Allah untuk bersama-Nya.’ (Razi, at-Tafsir
at-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an,
3:55).
[87] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an,4:158.
[88] Al-Qur’an, 43:61
[89] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 43:61.
[90] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[91] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[92] Shokani, mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[93] Ibn-Khatir., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[94] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[95] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[96] Kitab al-Fitan Wa Ashrat as-sa’ah,
terjemahan oleh Sahih Muslim, Hadis No. 7037.
[97] Al-Hendy, Kanz al ‘Ommal,
Jilid 18, Hadis No.771.
[98] Sahih Muslim, Kitab Al-Fitan
wa Ashrat as-sa’sh, khaki nota no.4 dari Bahagian 20 dalam versi Bahasa
Arab.
[99] Ibid., (edisi Bahasa Arab), Bahagian 9, Hadis No. 34-(2897),
[100] ‘Abd Al-‘Aziz ‘Ez Al-Din Al-Sirawany dalam Ahadith Said Al-Morsalin’ An Hawadeth ‘Al-Qarn ‘Al-“Eshrin (Edisi
1), Dar Al-Afaq Al-Jadidah, Beirut, 1982, hal 32. (Dari Sahih Muslim).
[101] Sayuti, mengulas ayat Al-Qur’an 3:36.
[102] Al-Qur’an, 33:69.
[103] Al-Qur’an, 3:45.
[104] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[105] Shukani, Fath al-Qadir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[106] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an,
3:45.
[107] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[108] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an,
2:253.