Kenapa Urutan Al-Qur'an Kacau Balau
TEORI DOKUMEN
TERTULIS
I. PENDAHULUAN
Jika kita membaca Al-Qur’an maka kita akan dihadapkan pada
sederetan kisah-kisah yang saling tidak menyambung satu dengan yang
lainnya. Sama sekali tidak ada satu pola penulisan yang baku,
apakah itu kronologis ataupun topikal.
Semuanya tercampur baur tanpa adanya kejelasan maupun urutan.
Richard Bell seorang pakar Islam dari Edinburgh dalam
bukunya yang berjudul Bell’s
Introduction to The Qur’an mengemukakan sebuah teori menarik tentang
keberadaan catatan-catatan ayat-ayat Al-Qur’an dan penyusunannya kemudian yang
“ASAL-ASALAN”.
Sumber :
Richard Bell : Pengantar Quran
Direvisi oleh W. Montgomery Watt
Edinburg University Press, 1970
Terjemahan Indonesia : INIS, 1998
Bab VI.3 :
Hipotesa Bell Tentang Dokumen Tertulis
… Teori ini tidak semata-mata bahwa bagian-bagian Quran
ditulis pada masa yang cukup awal dalam karir Muhammad, tetapi lebih utama lagi
kenyataan bahwa DITENGAH SURAH BISA MUNCUL BACAAN YANG SAMA SEKALI TIDAK
BERKAITAN DENGAN KONTEKS harus dijelaskan dengan dugaan bahwa bacaan ini
sebelumnya ditulis dibelakang “POTONGAN KERTAS”
yang dipakai untuk salah satu bacaan bersebelahan yang memang termasuk dalam
surah…….
Istilah kertas di sini tidak harus berarti kertas seperti
yang kita miliki sekarang
II. PEMBAHASAN
MASALAH
Berikut akan diberikan beberapa contoh kasus.
A. Contoh Pertama : Q.Surah 5 : 3
Beberapa ahli menyatakan bahwa ayat QS 5 : 3c adalah ayat
terakhir.
Sumber :
Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy,
Pustaka Rizki Putra, 2000, halaman 39 - 40
4. Ayat yang
Terakhir Turunnya
Ayat yang terakhir turunnya menurut pendapat jumhur ialah
:
Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu (S. 5 : Al Maidah, 3)
Jika dilihat keseluruhan ayat QS 5 : 3 dapat dibagi
menjadi 4 bagian (a, b, c dan d). Ayat a, b, dan d berisikan tentang halal
dan haram yang jelas adalah satu kesatuan. Sementara ayat terakhir yang
bertopik kemenangan Islam justru hanya nyelip secara aneh di ayat c.
Q.Surah 5 : 3
3a. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala
3b. Dan (diharamkan) juga mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
3c. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku
ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
3d. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menyelipnya ayat 3c secara aneh ini jelas hanya dapat
diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :
Ayat 3a dan 3b ditulis pada satu lembar kertas sendiri,
sementara ayat 3d ditulis pada lembar terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan
ayat 3c dibalik kertas yang dipakai untuk mencatat 3a dan 3b. Oleh tim penyusun
Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 3c ini adalah
kesatuan dengan 3a, 3b dan 3d sehingga dituliskan berurutan. Padahal
jelas-jelas ayat 3c ini memotong kesatuan ayat-ayat tentang halal dan haram tersebut.
B. Contoh Kedua : Q.Surah 84 : 10 - 25
Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu :
1. Judul perikop untuk ayat 10 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : ORANG-ORANG
DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM
NERAKA.
2. Sementara untuk ayat 16 – 25 judul perikop adalah : MANUSIA MENGALAMI
PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT
Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 16
– 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu :
* Ayat 16 – 19 berbicara tentang manusia yang mengalami kehidupan
bertingkat-tingkat.
* Ayat 20 – 25 : berbicara tentang nasib orang
durhaka yang ternyata adalah kelanjutan dari ayat 10 – 15 sebelumnya.
Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga
memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat.
Coba kita susun Q.Surah 84: 10 – 25 menjadi 2 bagian yaitu
:
Bagian pertama
ORANG-ORANG
DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA
DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA
Q.Surah 84 :
10 : Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang (thahrihi),
11 : maka dia akan berteriak: "Celakalah aku".
(thubooran)
12 : Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka). (saAAeeran)
13 : Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di
kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). (masrooran)
14 : Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali
tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (yahoora)
15 : (Bukan
demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. (baseeran)
20 : Mengapa mereka
tidak mau beriman? (minoona)
21 : dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka
tidak bersujud, (yasjudoona)
22 : bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya).
(yukaththiboona)
23 : Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan
(dalam hati mereka). (yooAAoona)
24 : Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang
pedih, (aleemin)
25 : tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka pahala yang tidak putus-putusnya. (mamnoonin)
Terlihat bagaimana kesamaan
rima dari ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yaitu n (in, na, an) yang jelas
mengindikasikan bahwa ayat-ayat itu semula adalah satu kesatuan yang
kemudian terpisah oleh ayat sisipan 16 – 19.
Bagian kedua
Adalah ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tingkat hidup
manusia.
MANUSIA MENGALAMI PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT
Q.Surah 84
16 : Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah
di waktu senja, (bialshshafaqi)
17 : dan dengan malam dan apa yang diselubunginya,
(wasaqa)
18 : dan dengan bulan apabila jadi purnama, (ittasaqa)
Semua rima ayat 16
– 19 berakhiran dengan q yang jelas berbeda
dengan ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yang berakhiran n.
Transliterasi diambil
dari Divine Islam's Qur'an Viewer
software v2.8
Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat
diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :
Semula Q.Surah 84 : 10 – 15 dan 20 – 25 ditulis dalam 2
lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik
kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 10 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang
mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat
10 – 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19
memotong kesatuan ayat-ayat tentang nasib orang-orang durhaka tersebut (ayat 10
– 15 dan 20 – 25).
C. Contoh Ketiga : Q.Surah 75 : 1 - 25
Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu :
1. Judul perikop untuk ayat 1 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : HARI
KIAMAT DAN HURU HARANYA.
2. Sementara untuk ayat 16 – 25 judul perikop adalah : TERTIB
AYAT-AYAT DAN SURAT-SURAT DALAM AL QUR'AN MENURUT KETENTUAN ALLAH.
Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 16
– 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu :
* Ayat 16 – 19 berbicara tentang tertib ayat-ayat
Qur’an
* Ayat 20 – 25 : berbicara tentang hari kiamat yang
ternyata adalah kelanjutan dari ayat 1 – 15 sebelumnya
Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga
memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat.
Coba kita susun Q.Surah 75: 1 – 25 menjadi 2 bagian yaitu
:
Bagian pertama
Adalah : ayat 12- 15 dilanjutkan 20 – 25 yang berbicara
tentang hari kiamat.
Q.Surah 75:
1. Aku bersumpah demi hari kiamat,
2 dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri) [1531].
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun
(kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
5. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus
menerus.
6. Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?"
7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan,
10. pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat
berlari?"
11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!
12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat
kembali.
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang
telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri
[1532],
15. meskipun dia
mengemukakan alasan-alasannya.
20. Sekali-kali
janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.
22. Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu
berseri-seri.
23. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
24. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
25. mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya
malapetaka yang amat dahsyat.
Terlihat bagaimana penggabungan diatas menghasilkan
satu konteks yang lengkap yaitu tentang HARI KIAMAT.
Bagian kedua
Adalah
ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tertib ayat-ayat Qur’an.
Q.Surah 75
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya [1533].
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.
19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasannya.
Kesalahan ini diperjelas lagi dengan mengamati rima dari
keseluruhan ayat 1 – 25 (sekalipun tidak sejelas contoh kedua diatas) :
1. Di ayat 1 – 15 terdiri dari : 4 akhiran ti / tun, 4 berakhiran hu dan 7
berakhiran ru / ra. Diayat 20 – 25
seluruhnya berakhiran ta / tun. Jadi
mayoritas berakhiran t (10 kali) dan r (7 kali).
2. Sementara 16 – 19 seluruhnya bearakhiran hu / hi.
Dalam aksara Arab,
huruf dasar t dan r hampir sama yang jelas mengindikasikan ayat 1 – 15 dan 20 –
25 semula adalah satu kesatuan kemudian tersisipkan dengan ayat 16 – 19 yang
jelas tidak ada kaitan konteks.
Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat
diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :
Semula QS 75 : 1 – 15 dan QS 75 : 20 – 25 ditulis dalam
2 lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik
kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 1 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang
mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat 1
– 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19 memotong
kesatuan ayat-ayat tentang hari kiamat tersebut (ayat 1 – 115 dan 20 – 25).
Sangat ironis karena diayat yang menjelaskan tentang
tertib Al-Qur’an justru menjadi bukti tidak tertibnya
ayat-ayat Al-Qur’an.
III. SANGGAHAN
Muslim mungkin akan berargumentasi bahwa penurunan
ayat-ayat al-Qur’an adalah sepotong-sepotong disesuaikan dengan kejadian yang
dihadapi oleh Muhammad . Namun inipun
tidak menjelaskan bagaimana bisa ayat yang sudah lengkap kemudian disisip
secara acak dengan ayat-ayat lain yang tidak ada hubungan konteksnya.
Kontradiksi berikutnya adalah tentang URUTAN SURAH-SURAH AL-QUR'AN
Pendapat pertama :
Al-Qur’an sudah disusun menurut ketentuan nabi
Muhammad
Dikutip dari :
Al Itqan I, halaman 99
Al Burhan I, halaman 237
Berdasar sebuah hadis dengan isnad dari Bukhari dan Muslim
yang menyebutkan Zaid bin Tsabit berkata, “Di kediaman rasulullah kami dahulu
menyusun ayat-ayat Al-Qur’an yang tercatat pada riqa ..”
Pengertian menyusun ditafsirkan menyusun ayat-ayat
dan surah-surah menurut perintah nabi Muhammad.
Dikutip dari :
Sunan, Tirmidzi, kitab Al-Tafsir, bab sura 9
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Usman ibn Affan bahwa
apabila diturunkan kepada nabi suatu wahyu, ia memanggil sekertarisnya untuk
menuliskannya, kemudian ia bersabda “Letakkanlah ayat ini dalam surat yang menyebutkan
begini atau begitu”
Namun uniknya tidak terdapat banyak riwayat tentang
nabi menyusun urutan-urutan ayat dan surah-surah Qur’an.
Pendapat dari Quraish Shihab dalam kata pengantar
untuk buku :
Rekonstruksi Sejarah al Qur’an,
Taufik Adnan Amal
FKBA, halaman xvii
“Namun hampir tidak
bisa ditemukan berbagai riwayat yang mengatakan bahwa ayat sekian ditempatkan
setelah ayat ini dan sebagainya. Sekiranya ada, maka al Qur’an akan
membutuhkan sekian ribu riwayat nabi atau sahabat tentang susunan al Qur’an,
mengingat ayat-ayat tersebut diturunkan secara terpisah selama 23 tahun.
Karya-karya sedetail Al Burhan dan al Itqan juga tidak menukil riwayat-riwayat
tersebut”.
Pendapat kedua :
Al-Qur’an disusun berdasarkan kesepakatan para sahabat
nabi
Dikutip dari :
Al Burhan I halaman 262 karya Zarkasyi :
Pendapat didasarkan pada hadis dari Imam Malik yang
menyatakan :
“Bahwa urutan surah-surah al Qur’an disusun atas dasar
ijtihad mereka (para sahabat nabi) sendiri”
Urutan surah bukan merupakan hal yang diwajibkan
Allah, tapi sesuatu yang berasal dari ijtihad dan kemauan para sahabat sendiri.
Karena itu setiap mushaf mempunyai urutan sendiri
Pendapat
ketiga :
Karena ada 2 pendapat yang bertentangan, maka harus ada
pandangan yang berada ditengah-tengah, yaitu urutan Qur’an sebagian berasal
dari nabi sebagian berasal dari
sahabat-sahabat nabi.
Dikutip dari :
Membahas Ilmu-Ilmi Qur’an
DR Subhi as Shalih
Pustaka Firdaus, halaman 82
(catatan : sekalipun Subhi as Shalih tidak sependapat
dengan pandangan ini) :
Al Qadhi Abu Muhammad bin Athiyyah mengatakan, “Semasa
hidup rasulullah banyak surah telah diketahui susunan dan urutannya .....
sehingga susunan berdasar kehendak dan petunjuk rasulullah jauh lebih besar,
dan yang berdasarkan ijtihad amat sedikit.
Jadi hampir tidak ada kejelasan sama sekali tentang
bagaimana Qur’an disusun.
Berikut ini diberikan perbedaan susunan 10 sura awal
mushaf-mushaf sebelum Usman dan perbandingannya dengan edisi Kairo 1923/24.
Edisi Kairo Ubay Mas’ud Ibn
Abbas Ali b. Abi Talib
1. Al Fatihah Al
Fatihah Al Baqara Al Alaq Al Baqara
2. Al Baqarah Al
Baqarah An Nisa Al Qalam Yusuf
3. Ali Imran An
Nisa Ali Imran Adh Dhuha Al Ankabut
4. An Nisa Ali
Imran Al Araf Al Muzammil Al Rum
5. Al Maidah Al
Anam Al Anam Al Mudatasir Luqman
6. Al Anam Al
Araf Al Maidah Al Fatihah Fush shilat
7. Al Araf Al
Maidah Yunus Al Lahab Adz Dzariyat
8. Al Anfal Yunus
At Tawba At Taqwir Al Insaan
9. At Tawba Al
Anfal Al Nahl Al Ala Al Sajdah
10. Yunus At
Tawba Hud Al Lail Al
Naziat
Sumber :
Ubay bin Kaab dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 61
Ibn Mas’ud dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 57
Ibn Abbas dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 101 - 103
Ali dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 95f
Terlihat tidak adanya satu keseragaman susunan surah-surah
Al-Qur’an pada mushaf-mushaf sebelum Usman. Jadi tampaknya susunah surah itu
ditentukan sendiri oleh para penulis mushaf, ada yang mengacu pada panjang
– pendek (Ubay dan Mas’ud) ada yang mengacu pada kronologis (Ibn Abbas dan Ali)
IV. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat dikatakan hipotesa Richard Bell
sangat masuk diakal.
Juga dapat dikatakan dengan cukup kepastian adalah :
1. Penyusunan Al-Qur’an tidak lebih dari sekedar
pembundelan catatan-catatan yang dikumpulkan dari berbagai pihak.
2. Tim penyusun Al-Qur’an tidaklah mengetahui secara pasti
kronologis penurunan ayat dan taraf kelengkapannya sehingga ayat yang
sudah lengkap dipotong begitu saja ditengah-tengah tanpa adanya kesinambungan
cerita.
3. Klaim Al-Qur’an sudah dihafal luar kepala oleh
ratusan/ribuan sahabat nabi tidak lebih hanya ungkapan hiperbolis saja. Jika
untuk mengingat urutan saja tidak bisa bagaimana bisa mengingat seluruh
Al-Qur’an???