Oleh :
Brosur Korr. Serie ke–9 ini, adalah untuk menjawab atas brosur Sdr. A. Tou yang suntingannya oleh satu team Proyek Mau’izhatul Hasanat, Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar Bali, yang berjudul “Isa (as) dan Muhammad dalam Perspektif Nubuatan” (sebagai lanjutan dari permasalahan yang terdahulu).
I. Dalam naskah ini akan saudara-saudara jumpai pembahasan:
1. Tentang kedudukan Quran s. Al Fatihah.
2. Makna Salib dan Penebusan Dosa Warisan.
3. Kesaksian Sejarah: Kematian(Kewafatan), Kebangkitan dan Kenaikan (Mikraj) Isa (as) Al-Masih.
4. Kepentingannya Mukjizat dalam peranan sesuatu kepercayaan Agama.
5. Sedikit keterangan tentang Injil-palsu Barnabas.
6. Benarkah ada nubuat kenabian Muhammad dalam Alkitab? (bagian ke-II)
Dalam bagian ini akan dibahas:
a. Nubuat para Nabi dalam Perjanjian Lama.
b. Nubuat Perjanjian Baru tentang apa dan siapa PARAKLETOS itu.
II. Disamping itu untuk argumentasi penginjilan, dalam hal yang sama akan dibahas juga pemikiran penulis-penulis lain yang sejajar dengan Sdr. A. Hasan Tou, agar masalah ini dapat diungkapkan secara tuntas dan menyeluruh.
III. Sdr.A. Hasan Tou mengatakan :
“Sdr. Hamran Ambrie yang tengah berjuang menindas hati nuraninya sendiri yang cenderung kepada Tauhid Islam, dan mencoba menegakkan benang basah kepercayaan Trinitas politeistik ajaran Paulus, rasul gadungan itu.”
Saya mengemukakan dan menguraikan pengertian Trinitas itu dengan penuh keyakinan yang sanggup dihujjah, sanggup dibahas dan diuji kebenarannya, sesuai dengan keyakinan Tauhid Kristiani yang unggul dan murni, bukan menegakkan benang basah yang Saudara tuduhkan. Untuk itu saya silahkan saudara telaah, baca dan fahami dengan baik uraian saya tentang Allah Tritunggal ini yang terdapat dalam Korr. Serie ke-7, halaman 21 s/d 27. Mana-mana yang tidak sesuai dengan pendapat Saudara, sanggahlah, dan kemukakanlah argumentasi yang meyakinkan. Itu lebih baik dan berguna daripada ocehan dan tuduhan murah yang berirama sinis kehabisan akal.
Mari kita adu argumentasi. Mari kita adu kebenaran, supaya kebenaran yang hendak kita dambakan itu dapat dinyatakan. Terima kasih.
IV. Penelaahan tentang “Siapakah Almasih yang dijanjikan akan datang itu”, sama sekali tidak ada tanggapan ataupun sanggahan Saudara. Sdr. A. Hasan masih berjanji dalam surat khususnya, untuk menanggapinya kemudian. Silahkan!
Permintaan Sdr. A. Hasan Tou, supaya brosur yang mengenai masalah ini dikirimkan juga kepada cabang Jemaah Ahmadiyah lainnya di Indonesia, bahkan juga kepada beberapa pribadi khusus di Rabwah-Pakistan-supaya ada tanggapan dari salah seorang dari mereka, itupun sudah saya penuhi.
Hal ini perlu kita telaah. Dalam naskah saya yang lalu (korr. No. 8) cukup gamblang mengemukakan argumentasi yang meyakinkan bahwa pengakuan Mizra Ghlam Ahmad sebagai almasih yang dijanjikan itu, adalah tidak benar, tidak ada suatu fakta apapun yang cukup meyakinkan. Meskipun demikian, pengakuan Mizra Ghulam Ahmad dan keturunannya Mizra Nasir Ahmad itu penting bagi kita untuk membuktikan dengan nyata bahwa nubuat Alkitab yang tertulis dalam Injil Matius 24:5 dan lain-lain yang mengatakan bahwa “akan muncul nabi palsu dan yang mengaku Mesias yang menyesatkan “ itu, sekarang sedang dan sudah digenapi. Haleluya!
Patut kita catat, bahwa Almasih yang dijanjikan ini akan datang adalah pada akhir zaman yang lazim dikatakan juga “hari kiamat”, yaitu suatu hari yang sudah tidak ada lagi “hari besok atau lusa”, apapun pula bertahun-tahun kemudian. Kepalsuan Mizra Ghulam Ahmad ini kita tandai bahwa kehadirannya jelas bukanlah pada akhir zaman (seperti yang dinubuatkan) bahkan ternyata dia sendiri sudah mati, dan keturunannya sudah pula mati. Namun akhir zaman itu belum juga masanya, dan diapun tidak pernah menjadi hakim yang adil, mengadili umat manusia seluruhnya.
Apakah fakta ini masih juga belum dapat saudara-saudara dari Jemaat Ahmadiyah nilai sebagai suatu bukti yang sangat nyata akan kepalsuannya da’wah Mizra Ghulam Ahmad itu sebagai Almasih yang dijanjikan?
Hadist nabi Muhammad yang diimani oleh seluruh umat Islam, dengan tegas bahwa Almasih yang dijanjikan akan datang itu namanya adalah ibnu Maryam, bukan Mizra Ghulam Ahmad.
V. Supaya Khalayak ramai yang mengikuti pembahasan kami, antara saya (Hamran Ambrie) dengan A. Hasan Tou plus Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar Bali mengetahui, dapat saya kabarkan bahwa:
1. Uraian saya tentang nubuat kenabian Muhammad yang dikemukakan A. Hasan Tou dengan nats Ulangan 18:15 sudah saya sanggah dengan mengemukakan 8 fakta penanggahan saya, oleh A. Hasan dkk. Sama sekali tidak disanggah lagi.
2. Begitupun tentang analisa Injil, tentang Kebanaran Alkitab. Pengertian Salib bagi Isa (as) dan Uraian Tritunggal, sama sekali tidak disanggah.
3. Juga mengenai Almasih yang dijanjikan, nubuat akhir jaman, masalah mansokh mukjizat Muhammad dan lain-lain tidak tersanggah.
Saudara seiman berdoalah, agar Rohulkudus menolong kita bersaksi, agar kebenaran iman Kristiani nyata, dan mana Tuhan dipermuliakan hingga pada kesudahan alam.
Amin.
Jakarta, 25 Juni 1978.
1. QURAN SURAT AL FATIHAH
Komentar Sdr A. Hasan :
“Maka kesimpulan yang ditarik sdr. Ambrie, seolah-olah Al Fatihah itu merupakan serangkum permohonan doa oleh Allah yang satu kepada Allah yang lain, hanya lantaran bentuk “derecterede”dari surah itu dan juga karena tidak didahului kata “Qul” adalah kesimpulan yang terlalu naïf. Tidak sepantasnya seorang domine terperosok dalam pengertian sedungu itu. Sayang!”
Demikianlah komentarnya Saudara A. Hasan Tou.
Saudara yang kekasih:
Saya tidak pernah menyimpulkan demikian. Cobalah saudara baca baik-baik sekali lagi. Kesimpulan itu adalah kesimpulan saudara sendiri.
Saya hanya bertanya, bahwa kalau apa yang tertulis dalam Quran itu memang merupakan Firman Allah, merupakan Sabda Allah, dengan kata lain bahwa yang tertulis dalam Quran itu semuanya ucapan Allah, dalam bentuk directerede maka:
Pertanyaan-pertanyaan itu timbul karena Quran itu adalah sabda Allah dalam bentuk directerede. Saudara sendiri akui demikian bukan?
Seandainya Quran s. Al Fatihah ini adalah sabda Allah dalam bentuk indirecterede, yaitu Sabda Allah yang disuruh ucapkan orang lain, misalnya Nabi Muhammad merupakan indirecterede, yang selalu dimulai dengn kata “Qul”, pastilah saya tidak akan bertanya lagi.
Uraian saudara yang panjang lebar dalam halaman 16 ad. 19, adalah kalau Quran s. Al Fatihah itu dalam bentuk indirecterede. Jadi jelaslah bahwa uraian Saudara itu bukanlah jawaban dari apa yang saya tanyakan. Uraian Saudara itu nampak sekali hanya ingin lari dari permasalahan yang sedang dibicarakan, yaitu pertanyaan-pertanyaan saya yang pernah saya kemukakan seperti pada point a.b.c.diatas. saudara sudah akui bahwa Quran s. Al Fatihah itu adalah dalam bentuk indirecterede form, artinya bahwa yang tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 1, 5 an 6 itu memang ucapan Allah, memang Sabda Allah, memang sabda Allah. Kenapa begitu susah untuk menjawabnya, atau memang tidak bisa dijawab, atau jawaban serba salah, karena itu diperlukan jawaban yang mengambang, seperti yang saudara kemukakan dalam MH.04 itu.
Apakah masih dapat saya harapkan jawaban Saudara yang tuntas, atau pengakuan yang jujur saja bahwa Quran s. Al Fatihah itu memang bukan firman Allah. Pokoknya tuntas, jangan ngambang.
Tetang Wahyu 10:1-2.
Mengenai Quran s. Al Fatihah ini, Saudara A. Hasan mencoba mencari dalil penunjang kebenarannya kedalam Alkitab yaitu Wahyu 10:1-2, yang ditafsirkannya sebagai penunjang kebenaran Quran s. Al Fatihah. Alasannya demikian: Dalam Wahyu 10:1-2 itu terdapat kalimat “Kitab Kecil yang terbuka”. Kata “terbuka” dalam bahasa Ibrani menurut pendapat A Hasan disebut “Fatoah”, hingga identik dengan kata Arabnya “Fatihah”. Jadi lengkapnya “Kitab Kecil itu Fatihah”, demikian maksud A. Hasan.
Lain yang ditanya, lain pula yang dijawab.
Ya, tidak apalah. Karena sayapun maklum taktik Saudara A. Hasan ini, sekedar untuk lari, bersembunyi untuk menghindar dari permasalahan yang dibicarakan.
Dalil yang saudara kemukakan itu, menunjukkan Saudara kehabisan akal, karena memang sudah tidak sanggup mengemukakan argumentasi yang wajar dan sehat.
Apakah tidak lucu, kalau Saudara menyamakan kata “Fatoah” itu dengan “Fatihah”. Itupun kalau memang benar kata terbuka itu dalam bahasa Ibraninya fatoah. Kalau begitu bagaimana pendapat Saudara “seorang penjahit” itu, sama juga artinya dengan “seorang penjahat”, karena hanya berbeda satu huruf antara I dan a.
Yang benar saja Saudara A. Hasan. Cara demikianlah apa yang Saudara katakana sendiri “asbun” alias asal bunyi. Kita belajar bermain secara “fakta” mengadu argumentasi kebenaran, bukan main sulap, bermain meraba-raba, main putar lidah ala pakrul-pakrilan.
Marilah kita adu argumentasi, agar kebenaran dapat dinyatakan.
Makna Kitab Wahyu 10:1-2 yang sesungguhnya dapat saya terangkan sebagai berikut:
Uraian diatas ini adalah berdasarkan Alkitab. Apakah sekarang dapat Saudara fahami dengan baik?
Masalah ini sebenarnya sudah saya uraikan sebagiannya dalam brosur korr. Serie ke-7 bagian IV halaman 15 s/d 20. maka uraian ini, Sdr. A. Hasan sama sekali tidak mengadakan sesuatu sanggahan, tetapi dalam brosur MH. 04 masalah yang sama dikemukakan kembali.
Sebenarnya, kalau Saudara tidak puas atau berpendapat lain dengan uraian pandangan saya, kemukakan sanggahan dengan menunjukkan pemikiran-pemikiran yang sehat, dalil-dalil yang masuk akal, argumentasi-argumentasi yang meyakinkan. Dengan cara demikian, akan dapat melihat kepada kesudahan pembahasannya setingkat demi setingkat, hingga sampai kepada satu kesimpulan.
Saya sangat senang sekali, kalau membaca sanggahan Saudara yang kuat dan argumentis, hingga dapat menimbulkan keyakinan saya, bahwa Saudara berada dipihak yang benar, atau secara terus terang dan jujur, jika memang uraian saya itu tidak tersanggah, akuilah dengan hati yang terbuka.
Sebab itu saya tunggu sanggahan Saudara yang baik dan fair atau pengakuan yang jujur. Dan sementara itu baiklah saya teruskan saja untuk memberi jawab atas uraian yang Saudara kemukakan terakhir ini sebagai berikut:
Saudara A. Hasan Tou menulis:
“Maka lahirlah teori dogmatic tentang “penebusan dosa warisan” lewat kematian Isa (as) di tiang salib, suatu doktrin yang sangat asing dan tidak dikenal dimasa dini Kekristenan. Yang bertanggung jawab atas penyimpangan total dari spectrum Tauhid rumpun Ibrahim itu adalah Paulus (d/h Saul), seorang peranaka Yahudi yang sengaja menyusup kedalam persekutuan Kristen untuk tujuan melumpuhkan roh sejati Jemaat Al-Masih itu dengan membiakkan faham-faham kekafiran didalamnya”. (MH04-hal.9)
Sebagaimana terangkan diatas, uraian ini memang sudah diuraikannya juga terdahulu, dalam MH04 hal. 11, dan sudah saya berikan penjelasannya dalam brosur saya korr. 7 hal. 15 s/d 20, namun Saudara A. Hasan Tou tidak singgung dan juga tidak menyanggahnya.
Makna “Salib dan Penebusan Dosa”, meskipun sudah saya uraikan dalam brosur Korr. 7 halaman 15, dan tidak disanggah oleh Saudara A. Hasan Tou dkk. Sebentar lagi akan saya uraikan kembali untuk lebih menjelaskan.
Sebelum itu, baiklah sekarang saya akan menguraikan dahulu makna Dosa Warisan, yang masih kurang difahami oleh saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan Islam, diantaranya nampak juga pada pribadi Saudara kita A. Hasan Tou dan anggota Jemaat Ahmadiyah umumnya.
Untuk membicarakan masalah Dosa Warisan ini, haruslah kita lebih dahulu membedakannya dengan pengertian Dosa Perbuatan. Adapun Dosa Perbuatan, ialah dosa yang diperbuat oleh masing-masing pribadi, seperti dosa membunuh, menipu, mencuri dan sebagainya. Dosa perbuatan ini adah menjadi tanggung jawab risiko masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang bapa tidak akan ditanggung oleh anaknya, begitupun dosa perbuatan seorang anak tidak akan ditanggung oleh ayah-ibunya. Hal ini dapat kita baca dalam Kitab Yehezkiel 18:20 yang mengatakan bahwa “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya”. (Yehezkiel 18:20)
Adapun mengenai masalah Dosa Warisan, dapat diuraikan sebagai berikut:
Kita semua tentu sudah sependapat (Islam dan Kristen) bahwa Adam dan Hawa telah melakukan perbuatan dosa, melanggar larang Allah mendekati dan memakan buah-nya pohon yang dilarang itu. Ceritera kejadian ini dapat kita baca dalam Quran s. Al Baqarah 30-39, Q.s Al A’raf 11-20, Alkitab: Kejadian 2:15-17.
Untuk jelasnya, baiklah dibawah ini kita salinkan saja ayat-ayat yang terpenting sebagai berikut:
Quran s. Al Baqarah:
35. Berkata kami: “Hai Adam! Tinggallah engkau bersama perempuan engkau didalam Sorga (kebun), dan makanlah engkau berdua buah Sorga itu dengan senang menurut kehendak engkau, dan janganlah engkau berdua mendekati pohon kayu itu. Jikalau engkau mendekati niscaya masuklah engkau kedalam golongan orang-orang aniaya.”
36. Maka diperdayakan keduannya oleh setan, sampai dikeluarkan keduannya daripada kesenangan yang telah dapat oleh keduannya. Berkata kami: Berangkatlah kamu sekalian! Antara kamu dengan lain bermusuh-musuhan, dan bagi kamu tempat kediaman diatas bumi, disanalah tempat kesenaganmu sampai mati.
Quran s. Al A’raf :
22. …. Kemudian Tuhan memanggil keduanya: “Tidakkah Aku melarang engkau memakan buah kayu itu dan Aku katakan kepada engkau bahwa setan itu musuh yang nyata bagimu?”
23. Keduanya menjawab: “Ya Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan sekiranya Engkau tidak mengampuni kesalahan kami dan belas kasihan, niscaya kami masuk golongan orang-orang yang merugi.”
24. Allah berfirman kepada keduanya: Turunlah kamu, setengah kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan. Kamu boleh tinggal diatas bumi dengan bersuka ria sehingga sampai ajalmu.
25. Firman Allah: Dibumi itulah kamu hidup, dan disanalah kamu mati, dan dari padanya kamu keluar nanti (bangkit).
Alkitab : Kejadian 2:15-17:
“Maka TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas,tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Alkitab: Kejadian 3:23 :
”Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.”
Alkitab: Kejadian 3:16 :
“Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Kesimpulan ayat-ayat diatas:
Sebab akibat dari dosa Adam di Sorgawi/Taman Firdaus-Eden tersebut, yang dikenal dengan sebutan “Dosa maut” yaitu hilangnya kehidupan kekal dialam sorgawi itu, maka ganjaran yang Allah berikan kepada umat manusia keturunan Adam hingga sekarang yang dapat kita rasakan, adalah apa yang telah saya uraikan diatas bagian a, b, c, d dan e.
Dosa warisan yang berupa “maut” (kematian rohani) yaitu hilangnya hak hidup kekal sorgawi itu, agar dapat dipulihkan kembali kekal sorgawi, untuk itulah Isa (as) Al-Masih dilahirkan sebagai Juruselamatnya. Dosa maut (kematian rohani) inilah yang menjadi beban penebusan Isa (as) dengan kematiannya dipalang kayu salib itu. Makna penebusan, artinya rela menjadi korban kedurhakaan orang-orang Yahudi, demi membela kebenaran untuk keselamatan umat manusia, keselamatan saya dan Saudara.
Sedangkan akibat-akibat lainnya, seperti kematian jiwa nafsiyah, kehidupan yang fana, permusuhan sesamanya, penderitaan wanita waktu mengandung dan bersalin, godaan-godaan setan dan lain-lain sebagai dosa warisan akibat kesalahan Adam itu tetap berlaku di alam fana ini sampai pada kesudahan alam.
Kiranya uraian diatas ini dapat difahami tentang pengertian Dosa Warisan itu, dan tidaklah dikacaukan dengan pengertian dosa perbuatan Dosa Perbuatan pribadi kita masing-masing.
2.
Penebusan Dosa Warisan (Sambungan)
Kata-kata yang berbunyi: “Isa (as) mati dikayu salib untuk menebus dosa kita semua” atau “penebus dosa warisan” masih merupakan batu sandungan, yang sulit difahami oleh saudara-saudara kita non-Kristen, terutama dari golongan Islam, diantaranya nampak pada pribadi saudara-saudara kita A. Hasan Tou dan anggota Jemaat Ahmadiyah.
Karena itu, adalah merupakan tugas kerohanian bagi setiap orang Kristen pengikut Al-Masih untuk memberi jawab, menjelaskan makna pengertian Salib yang menjadi puncak derita Isa (as) ini kepad setiap orang, agar kesalah-fahaman sementara ini dapat dihindarkan.
Pada kesempatan ini, baiklah akan saya jelaskan makna pengertian Salib kesengsaraan Isa (as) ini sebagai berikut:
Dalam Injil Matius 7:12 ada tertulis demikian: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
5. Jalan untuk mencapai kebenaran itu semua dan mendapat keselamatan kekal abadi itu. Isa (as) mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang“Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.” (Yohanes 14:12)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Isa (as) Al-Masih yang telah Engkau utus.”(Yohanes 17:3)
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)
Semua pekerjaan Isa (as) untuk menyeru umat manusia agar memperoleh keselamatan pengampunan dosa, juga supaya mendapatkan hak hidup kekal di alam sorgawi itu yang terhilang oleh perbuatan dosa Adam supaya dipulihkan kembali oleh pihak penguasa Imam-imam Yahudi dikala itu, Isa (as) dipersalahkan, dan Dia dihukum, dengan suatu hukuman yang cukup mengerikan, yaitu mati diatas kayu palang (salib).
Dengan demikian, mengertilah kita makna pengertian Salib yang dialami Isa (as) Al-Masih itu, tidaklah lain daripada akibat pengajaranNya, akibat da’wahNya, untuk menyelamatkan kita umat manusia dari kuasa dosa, agar kita semua dapat hidup kekal di alam baqa sorgawi. Sesuai dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan umat dunia ini.
Isa (as) telah menderita mati di kayu salib, demi untuk keselamatan kita semua, supaya kita mendapatkan hak hidup kekal kembali dialam sorgawi, Isa (as) telah menjadi korban, telah menjadi binasa akibat aktivitas da’wahNya, demi untuk keselamatan hidup kekal kita. Isa (as) telah jadi korban aktivitas menebus dosa warisan Adam yang menyebabkan hilangnya kehidupan kekal alam sorgawi itu.
Isa (as) telah menderita dikayu Salib, karena aktivitasNya untuk membebaskan kita semua dari belenggu Kuasa Dosa yaitu segala pengajaran sesat duniawi.
Uraian yang panjang menggambarkan aktivitas penyelamatan Isa (as) inilah menjadi suatu simbul ungkapan dalam kata-kata “ISA (AS) MATI DIKAYU SALIB UNTUK MENEBUS DOSA KITA SEMUA”.
3. KEWAFATAN DAN KEBANGKITAN
SAYIDINA ISA (AS) AL-MASIH
Kematian Isa (as) Al-Masih dikayu Salib, dan pada hari ketiga Dia telah bangkit diantara orang mati secara real -yaitu benar-benar dan sesungguhnya, kebangkitan jasmaniah yang telah dipermuliakan, dapat dilihat dan diraba seluruh tubuh-Nya, serta bukti bekas luka pada tangan dan kakiNya. (Lukas 24:36-40)
Selama 40 hari dalam masa kebangkitanNya, hingga sampai pada kenaikanNya, selalu menyertai murid-muridNya dalam pekerjaanya memberikan keselamatan.
Injil Salib. Kematian dan Kebangkitan ini, merupakan intisari kesaksian Gereja, dan merupakan puncak iman Kristen. Sebaliknya merupakan “duri dalam daging” bagi golongan Islam, lebih-lebih bagi sekte Islam Jemaat Ahmadiyah yang begitu gigih menyerang iman Kristen ini, yang seharusnya tidaklah perlu ada perasaan demikian. Dan karenanya selalu diusahakan mengadakan sanggahan-sanggahan, dengan mengajukan sangkalan-sangkalan dengan segala cara, agar kejadian yang ajaib ini tidak berakar dan tidak tersebar luas, dan akhirnya mereka harap peristiwa ini tidak dipercayai. Injil yang memberitakan Salib dan Kebangkitan ini dibantah, ditolak agar tidak berkembang dan matilah seluruhnya.
Sebab itu pada kesempatan ini, saya khususnya untuk memberi jawab dari pihak-pihak yang menyangkal kebenaran berita Salib, Kematian dan Kebangkitan serta Kenaikan (Mikraj) Isa (as) Al-Masih.
Jawaban ini hendak saya bagi dua, yaitu pertama hendak saya tujukan kepada golongan Islam umumnya, dan kedua khusus kepada golongan sekte Islam Jemaat Ahmadiyah.
Bagi golongan islam umumnya, yaitu yang berpegang kepada nats Quran, biasanya mereka mengemukakan sebuah ayat Quran s. An Nisa 157 dan 158.
Kalau dari golongan Islam umumnya dengan berdasarkan Quran tersebut menyangkal bahwa yang wafat dikayu salib itu adalah Sayidina Isa (as), melainkan orang lain yang diserupakan, yaitu "Yahusa", maka pihak Ahmadiyah (salah satu sekte dalam agama Islam) membenarkan dengan yakin, bahwa yang disalib itu adalah memang benar Isa (as), tetapi ia tidak mati, melainkan hanya pingsan saja.
Baiklah kita pelajari kedua macam teori penyangkalan ini, agar dapat kita bahas seperlunya. Patut diterangkan, bahwa pembahasan ini bukanlah berarti bahwa saya kurang yakin akan kebenaran Alkitab. Bukan demikian. Malah saya ingin membuktikan kepada mereka (dari pihak Islam dan Ahmadiyah), bahwa teori mereka ini tidak dapat dipertahankan kebenarannya, dan karenanya tujuan mereka untuk mengoyahkan iman Kristen itu tidak akan berhasil.
Saya, bahkan setiap orang Kristen, berkewajiban memberi jawab secara baik, lemah-lembut yang dapat diterima oleh setiap orang yang mau berfikir secara wajar dan jujur demi kebenaran.
Jawaban atas sangkalan
Sekarang mari kita mulai memeriksa sangkalan pihak Islam ini.
Pertama-tama, baiklah saya kutipkan saja nats Quran s. An Nisa 157 dan 158 yang menjadi dasar pnyangkalan mereka itu, yang berbunyi demikian:
“dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan-penyaliban) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, mereka mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dari keterangan nats Quiran ini, dapat kita tarik suatu pengertian bahwa:
Sekarang kita harus mencari keterangan yang menyakinkan, siapa sebenarnya yang disalib dan mati itu. Untuk mendapatkan keterangan ini, kita harus mencari suatu dokumentasi sejarah, atau suatu kesaksian dari seseorang atau beberapa orang yang melihat dengan mata kepalanya sendiri akan peristiwa ini terjadi.
Dalam hal ini, adalah Alkitab, yang merupakan dokumentasi sejarah yang otentik, yang terbuka dapat menjadi bahan informasi penyelidikan kita dalam masalah ini.
Cerita mengenai Isa (as) di kayu salib ini terdapat didalam keempat injil, yaitu: Injil Matius 27:35-38; Injil Markus 15:25-28; Injil Lukas 23:35-38 dan Injil Yohanes 19:18-24.
Kesaksian dari keempat penulis Injil ini adalah merupakan bukti sejarah yang nyata tenyang kematian Isa (as) dikayu salib itu.
Disamping itu dari keempat penulis injil ini, masih terdapat banyak orang-orang lain yang menyaksikan peristiwa itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri. Kesaksian dengan mata kepala sendiri ini, adalah kesaksian yang sah dan dapat diterima dan benar. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hokum, bahwa kesaksian 2 atau 3 orang sudah cukup untuk meneguhkan bahwa sesuatunya itu sebagai hal yang benar secara hokum. (Ulangan 17:6-7). Sebab itu kesaksian dari 4 penulis Injil ini tentang benarnya terjadi Isa (as) disalib dan mati, adalah merupakan kesaksian yang benar dan sah serta menyakinkan kebenarannya dapat dipercaya, dibandingkan dengan kesaksian Al-Quran yang ditulis sesudah 6 abad kemudian dengan dugaan-dugaan yang tidak meyakinkan.
Dalam ayat Al-Quran itu sendiri dikatakan: “Sesungguhnya kami (orang-orang Yahudi) telah membunuh Almasih, Isa Ibnu Maryam”.
Kalimat ini berisikan pemberitahuan yang sungguh-sungguh, tidak diragukan, bahwa yang disalibkan itu adalah Isa (as), bukan orang lain. Hal ini sesuai dengan keterangan Matius 27:16-17 yaitu waktu itu orang-orang Yahudi ditawari memilih: Isa (as) disalib ataukah Barnabas penjahat yang dipenjara itu dibebaskan. Orang-orang Yahudi memilih Isa (as) disalib.
Setelah Isa (as) dinyatakan mati oleh kesaksian kepala Pasukan maka Jusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan. (Markus 15:42-46)
Seandainya yang diturunkan dari kayu salib itu bukan Isa (as), pastilah Jusuf Arimatea menolaknya atau memberi keterangan ketidak benaran itu.
Orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius Pilatus supaya kuburan dimana Isa (as) dikuburkan agar dijaga. Permintaan itu dikabulkan. (Matius 27:62-66)
Seandainya yang dikuburkan itu adalah orang lain, bukan Isa (as), tidaklah mungkin orang-orang Yahudi mrnjagai kuburan tersebut, karena Isa (as) pernah mengatakan bahwa pada hari ketiga Ia akan bangkit (hidup) kembali.
Seandainya yang disalibkan itu, bukan Isa (as) sendiri, tidaklah mungkin Ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh “kasih” sebagai aslinya tabiat Isa (as), yaitu: “Bapa, ampunilah mereka sebab tidak diketahuinya apa yang diperbuatnya” dan kalimat “Sudah Genap” (Te-telestai). Ini bukti yang membuktikan bahwa yang disalib dan mati itu, tidaklah lain daripada Isa (as) Al-Masih itu sendiri.
Seandainya yang disalib dan mati itu bukan Isa (as), tidaklah mungkin murid-murid Isa (as) berani berkotbah ditengah-tengah bangsa Yahudi, sebagai kesaksian bahwa yang disalib dan mati dikayu salib itu adalah Isa (as) dan telah bangkit (hidup kembali), dengan rersiko yang sangat besar, yaitu akan dihukum mati oleh penguasa-penguasa Yahudi.
Dalam Khotbahnya Petus telah menyatakan:
“Hai orang-orang Israel, dengarkanlah perkataan ini: Yang aku maksudkan ialah Isa (as) dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantara Dia ditengah-tengah kamu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” (Kis. 2:22-24)
Ini adalah khotbah Petrus disertai oleh 10 rasul-rasul lainnya -para Hawariyun Sayidina Isa, di Yerusalem ('Baitulmaqdis'), pusatnya penguasa imam-imam Yahudi. Dalam khotbahnya di Serambi Salomo, sekali lagi Salomo mengatakan:
“Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Isa (as) yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.” (Kis. 3:12-15)
Dari sekian banyak adanya bukti-bukti yang menyakinkan ini maka tanpa ragu kita dapat memastikan bahwa “orang yang disalibkan dan mati itu adalah Isa (as)”, bukan orang lain, bukan Yudas atau Yahuza. Sedangkan Yudas tidaklah mati disalib, melainkan ia mati karena bunuh diri. (Kis.1 :18)
Sebab itu dapat saya simpulkan dengan yakin, bahwa keterangan penyangkalan Quran s. an Nisa 157-158, sama sekali tidak ada kekuatan untuk diterima kebenarannya, bahwa yang disalib dan mati itu bukan SayidinaIsa (as).
Teori sangkalan Ahmadiyah
Teori penyangkalan Ahmadiyah berbeda dengan penyangkalan Quran, meskipun golongan Ahmadiyah mengakui kitab Quran itu adalah juga Kitab Suci-nya golongan Ahmadiyah. Golongan Ahmadiyah membenarkan dengan yakin bahwa orang yang disalib itu memang Isa (as), tetapi ia tidak mati melainkan hanya pingsan. Kemudian sesudah Isa (as) sadar dari pingsannya, mengembara ke Khasmir. Ia meninggal dunia dalam usia 120 tahun dan dikuburkan di Srinagar (Kashmir).
Menurut pendapat saya, bahwa bagi seorang Muslim yang baik, pasti lebih percaya kepada keterangan Quran suci, daripada keterangan Mirza Ghulam Ahmad.
Kalau saya ingin mengambil jalan tengah, misalnya: Quran mengatakan: memang ada orang yang disalib serupa Isa (as) dan mati, tetapi bukan Isa (as).
Mirza Ghulam Ahmad menyatakan: Memang yang disalib itu Isa (as), tetapi tidak mati hanya pingsan.
Ambil tengah: Isa (as) memang disalib (Mirza) dan memang mati (Quran).
Sekarang yakinlah: Isa (as) telah wafat diatas kayu salib. Pada hari ketiga telah bangkit diantara orang mati.
Menurut teori lain dari kalangan Ahmadiyah ini, baik juga kita soroti alasan mereka yang dikutip dari Risalah “At Tajdid fil Islam” jilid III oleh Ali Yasir, sebagai berikut:
“Nabi Isa a.s. dipentang hanya beberapa jam saja (Markus 15:125, Yahya 19:14), padahal mati disalib itu makan waktu yang lama sekali.”
Sanggahan: Dalam alasan mereka yang pertama ini, jelaslah sekali tidak ada sesuatu argumentasi yang dapat meyakinkan. Sangkalan mereka hanya didasarkan dugaan saja. Tentang lamanya kematian seseorang dalam kesengsaraan salib sifatnya adalah relatif. Kematian Isa (as) dikayu salib dibuktikan atas kesaksian seorang kepala lasykar. (Markus 15:44-45). Sebab itu alasan penyangkalan Ahmadiyah ini, sama sekali tidak mempunyai nilai kebenaran.
“Ketika rusuk Nabi Isa a.s. ditusuk oleh seorang lasykar Rumawi dengan tombak mengalirkan darah dan air (Yahya 19:34), darah dan air suatu bukti bahwa Isa a.s. belum mati.”
Sanggahan: Untuk menjawab alasan penyangkalan mereka ini, baiklah kita dengarkan saja keterangan seorang ahli, yaitu dokter-tokoh yang termasyhur karena menemukan penggunaan cholorform sebagai obat bius. Dokter itu adalah Sir James Simpson dari Edinburgh, telah menulis suatu keterangan dimana ia menunjukkan bahwa dipandang dari sudut ilmiah, Isa (as) mati oleh karena apa yang dinamakan oleh para ahli kedokteran: ‘Desakan darah pada jantung’. Bisa seorang meninggal dunia dalam keadaan seperti ini lengannya direntangkan selebar-lebarnya serta keluarlah suatu teriakan dan dinding jantungnya pecah sehingga darah mengalir kedalam kantung jantung (kantung yang membungkus jantung) dan menghalangi jantung untuk menguncup. Darah yang tinggal didalam kantung itu kemudian akan memisahkan menjadi serum (air darah) dan endapan (butir-butir darah merah) (Pdt. M.H. Finlay-Kepercayaan Orang Kristen, hal. 35).
Ini adalah keterangan dari segi Ilmu Sains Kedoktoran, yang sama sekali bebas dari pengaruh Agama.
Rasul Yohanes, bukanlah seorang ahli ilmu pengetahuan kedoktoran. Ia hanya menulis secara teliti apa yang ia telah lihat pada saat peristiwa penyaliban Isa (as) itu, dan mungkin sekali tanpa ia sadari bahwa apa yang ia tulis itu akan menjadi bahan penelitian pada 20 abad kemudian dan menjadi bukti “kebenaran” pula. Yohanes hanya mengatakan: “mengalir keluar darah dan air”. Dia tidak mengatakan darah yang mengalir itu dari pembuluh-pembuluh darah sebagaimana layaknya orang yang masih hidup, melainkan darah dan air dari lambungnya (kantung yang membungkus jantung). Sungguh, sangkalan mereka ini malah meyakinkan akan kebenaran Alkitab.
“Nabi Isa a.s. tidak dikubur seperti dua penjahat melainkan dirawat oleh salah seorang muridnya yang setia, yang merawat dengan baik dan menguburkan beliau didalam kuburan batu yang luas dan kubur itu hanya ditutup dengan batu (Markus 15:46), tiga hari kemudian tempat batu penutup itu sudah terbongkar (Markus 16:4). Hal ini tidak akan terjadi jika Nabi Isa bangkit secara gaib.”
Sanggahan: Alasan penyangkalan Ahmadiyah yang ketiga ini tepat dikatakan “sangkaan”, bukan alasan argumentasi yang meyakinkan. Untuk mencari kebenaran tidak ada alasan untuk mengemukakan “sangkaan atau duga-dugaan” saja, tetapi dibutuhkan pembuktian, baik pengakuan yang merawat atau kesaksian melihat ia dirawat dari apa yang dikatakan hanya pingsan itu.
“Tatkala Maryam Magdalena hari yang ketiga melihat Nabi Isa a.s. disangkanya seorang jurutaman (Yahya 20:15), hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. menyamar sebagai jurutaman.”
Sanggahan: Ayat ini bukanlah alasan sangkalan bahwa Isa (as) hanya pingsan – tidak mati. Ayat tersebut, adalah menunjukkan Isa (as) sudah bangkit hidup kembali dari kematiannya. Inilah penampakkan Isa (as) pertama kali dari Kebangkitannya yang sudah dikatakan terlebih dahulu sebelum masa sesangsaraNya dikayu salib. Jadi jelaslah bahwa ayat ini tidak menjadi bukti sebagai alasan penyangkalan kematian Isa (as), melainkan menjadi bukti dari KebangkitanNya diantara orang mati.
“Murid-murid Nabi Isa a.s. melihat beliau dengan badan jasmani yang sama dan luka-luka beliau masih ada, sehingga Thomas dapat mencocokan tangannya kedalamnya. (Lukas 24:19-40; Yahya 20:27)
Sanggahan: Samalah juga halnya dengan alasan yang keempat. Ayat inipun bukanlah “alasan sangkalan” bahwa Isa (as) itu hanya pingsan tidak mati. Ayat ini adalah menunjukkan bahwa Isa (as) telah bangkit hidup kembali dari kematianNya. Jadi jelaslah bahwa alasan kelima inipun tidak kena mengena pada sasaran yang dimaksudkan.
“Beliau masih merasa haus dan lapar dan makan” (Lukas 24:39-43; Yahya 21:5-13).
Sanggahan: Alasan keenam inipun tidak mengena untuk menyatakan bahwa “Isa (as) hanya pingsan, tidak mati”. Ayat yang dikemukakan sebagai alasan ini, adalah ayat yang menunjukkan kebangkitan Isa (as) dari kematianNya. Alasan keenam ini jelas tertolak.
“Nabi Isa pergi ke Galilea dengan dua orang murid-Nya sambil berjalan berdampingan. (markus 28:10). Hal ini menunjukkan bahwa beliau mengungsi untuk mencari keselamatan”.
Sanggahan: Nats yang dikemukakan Ahmadiyah inipun adalah nats Kebangkitan Isa (as) dari kematianNya. Sama sekali tidak kena-mengena dengan penyangkalan atas kematianNya dikayu salib itu.
“Sebelum ditangkap ditaman Getsemani beliau berdoa sepanjang malam supaya diselamatkan dari mati terkutuk pada kayu salib dan minta kepada murid-muridNya supaya berdoa baginya. (Markus 14:36; Matius 26:39). Doa itu dikabulkan, sehingga perkara itu lebih terang lagi (Ibrani 5:7). Sebab orang dalam kesengsaraan itu dikabulkan. Lebih-lebih doa hambaNya yang suci”.
Sanggahan: Isa (as) berdoa agar kehendak Allah itu saja yang jadi, bukan kehendaknya sebagai manusiawi. Dalam Ibrani 5:7 maut yang dimaksudkan adalah “kematian rohani”. Dikayu salib, Isa (as) membuktikan, bahwa Di telah mengalahkan “maut” ini. Dia tetap berserah menurut kehendak Allah, Bapa, Kehendak Allah itu, trelah dinubuatkan oleh para nabi-nabi terdahulu, bahwa Al-Masih itu akan merasa sengsara. Bahkan penyaliban itupun telah dinubuatkan oleh nabi Daud, kira-kira 1000 tahun sebelumnya (Mazmur 22:17). Kematian dan penguburannya, dinubuatkan juga oleh nabi Yesaya kl. 700 tahun sebelum Masehi (Yesaya 53:9).
Dengan penyerahan yang sempurna itulah Isa Al-Masih (as) telah bersahut: “Sudah digenapi”. Apa yang telah digariskan untuk dijalaniNya sebagai Hamba Allah yang terpilih, sudah digenapi. Jadi alasan kedelapan Ahmadiyah inipun, bukanlah menunjukkan bukti bahwa Isa (as) tidak mati disalib (pingsan), tidaklah kena sasarannya, malah menunjukkan sebaliknya, bahwa ter-Salib Isa (as) dan mati, telah merupakan penggenapan nubuat para Nabi terdahulu. Sudah Genap. Tetwlestai.
“Beliau sendiri telah meramalkan bahwa Anak Manusia (Nabi Isa) akan ada didalam hati bumi tiga hari tiga malam lamanya (Matius 32:38-40). Kalaubeliau telah wafat diatas tiang Salib, ramalam beliau pasti tak akan terjadi.”
Sanggahan: Memang, jika yang mati itu adalah Mirza Ghulam Ahmad, pasti ramalan demikian tidak terjadi. Tetapi Isa (as) bukan seperti Mirza Ghulam Ahmad dan kematianNya tidaklah takluk dibawah hukum manusiawi, mati tidak berbangkit kembali. Isa (as) sebagai manusia Ilahiyat, Dia mati bukan untuk mati, tetapi untuk hidup kembali.
“Dr. J.G. Bourne seorang ahli didalam mengenakan obat-obat lali (anaesthetics) The Sunday Times 24 Januari 1965 (London) menulis tentang penyaliban Nabi Isa sebagai berikut: “Biasanya pembicaraan tentang kebangkitan itu berpangkal pada bukti-bukti dari sejarah (yang pada umumnya sekarang telah diakui kebenarannya), yang berkenaan dfengan peristiwa-peristiwa tentang Isa (as) meragukan wafatnya yang benar-benar itu boleh jadi dianggap bertentangan dengan faham resmi, akan tetapi ada alasannya maka orang beranggapan bahwa Isa (as) sesungguhnya pingsan pada kayu salib itu, dikira sudah wafat dan sadar kembali dari pingsannya setelah beberapa lama dalam keadaan pingsan.”
Sanggahan: menjawab keterangan diatas – lepas benar tidaknya ada tulisan tersebut dipublish – maka perlu ditegaskan bahwa dalam keterangan Dr. J.G. Bourne itu bukanlah merupakan “visum et repertum” (surat keterangan kelukaan atau kematian menurut ilmu kedokteran), ia hanya mengemukakan “biasanya”… “meragukan” … “dianggap”. Semuanya menunjukkan tidak ada kepastian. Apalagi kesaksian seorang yang serba tidak pasti demikian dapat dipercaya? Karena itu, alasan inipun bukanlah suatu argumentasi yang bernilai meyakinkan.
Kesimpulannya untuk membantah dari semua sangkalan Ahmadiyah ini, kita harus kembali kepada fakta sejarah. Memeriksa kesaksian-kesaksian yang melihat sendiri. Dokumen kesaksian ini terutama untuk umum, yaitu keempat injil yang terdapat dalam Alkitab. Dari kesaksian-kesaksian yang telah dikemukakan oleh penulis-penulis Injil yang menyaksikan dan melihat peristiwa penyaliban itu, tidak ada seorangpun yang mengatakan ketika Isa (as) diturunkan dari tiang salib itu dalam keadaan pingsan, tetapi semua mengatakan sayidina Isa (as) telah wafat, lebih 2,000 tahun dahulu.
Kesaksian mereka jauh lebih bernilai daripada kesaksian yang diusahakan oleh Ahmadiyah sesudah 20 abad kemudian dari peristiwa itu terjadi.
3. SAYIDINA ISA (AS) TELAH HIDUP KEMBALI
DAN SUDAH BANGKIT DARI ANTARA ORANG MATI
Pada hari ketiga sesudah kematiannya dikayu salib itu Isa (as) Al-Masih telah
bangkit – hidup kembali – diantara orang mati secara real, kebangkitan badani
yang sudah dipermuliakan
(Filipi 3:21), yang dapat dailihat dan diraba seluruh
tubuhnya.
Isa (as) tidak akan dikatakan “Hidup Kembali” (dengan istilah Quran dikatakan Ub’asya hayya), sehiranya dia tidak mengalami “kematian” yang real terlebih dahulu.
Jadi kebangkitan “Hidup Kembali” ini disokong kebenaran oleh Quran, dengan kata “Ub’asyu Hayya”. (Quran s. Maryam 33).
Kesaksian-kesaksian mata yang dapat dikemukakan sebagai bukti yaitu:
Pertama-tama kali dari kebangkitanNya, Isa (as) menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena, yaitu seorang perempuan yang pernah disembukan Isa (as) dari kerasuka 7 setan. Magdalena yang tadinya sudah lupa akan janji Isa (as), telah bangkit dan penuh harap, dan pergi memberitakan kesaksiannya ini kepada murid-murid Isa (as).
Pada hari pertama kebangkitan itu, selain Isa (as) menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena, juga kepada permpuan lain. Menurut Lukas yang ikiut serta Magdalena, adalah Yohana, Maria Yakobus.
Untuk yang ketiga kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 2 orang muridnya dijalanan menuju Emaus, kira-kira sejauh 7 mil dari Yerusalem.
Kedua murid Isa (as) yang telah bertemu denganNya dijalan Emaus itu kembali ke Yerusalem, dan langsung menemui murid-murid Isa (as) lainnya. Mereka sedang berkumpul bersama-sama. Kata mereka: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diriNya kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun menceritakan juga pengalamannya di jalanan menuju Emaus, dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.]
Dalam suatu ruangan yang terkunci, murid-murid Isa (as), kecuali Tomas absen, sedang bercakap-cakap tentang kebangkitan Isa (as). Tiba-tiba Isa (as) berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.”
Untuk yang keenam kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 11 orang murid-muridNya, kini termasuk Tomas. Sebelumnya waktu Tomas mendapat kabar bahwa murid-murid Isa (as) lainnya sudah melihat Isa (as), Tomas sendiri masih belum percaya. Tomas waktu itu berkata: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku kedalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25).
Delapan hari kemudian murid-murid Isa (as) berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Isa (as) datang dan Ia berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah tanganKu, ulurlah tanganmu dan cucukkan kedalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab: ‘ya Tuhanku dan Allahku.” Kata Isa (as) kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Dipantai ini telah berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, putera Zebedeus dan dua orang MuridNya yang lain. Dan merekapun makan bersama-sama Isa (as).
Penampakkan Isa (as) yang kedelapan kalinya sesudah KebangkitanNya dihadapan umum dapat dilihat dan disaksikan oleh lebih dari 500 orang, adalah merupakan pukulan atas mereka yang kurang percaya atau masih ingin menyangkal kekebaran akan kebangkitan Isa (as) sesudah mengalami masa kematiannya selama 3 hari 3 malam dalam kubur. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hokum, bahwa kesaksian dua atau tiga orang sudah cukup meneguhkan sesuatunya “benar”, apapun pula dihadapan saksi mata sebanyak lebih dari 500 orang sekaligus.
Penampakan Isa (as) yang kesembilan kalinya ini secara pribadi kepada Yakobus, tidak disebutkan secara terperinci dalam Alkitab, diman dan peristiwa apa.
Penampakkan Isa (as) yang ke-10 kalinya kepada 11 orang murid-muridNya ditandai dengan suatu Amanat Agung: “KepadaKu telah kuberikan kuasa di Sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Penampakkan Isa (as) yang ke-11 kali, sebagai penampakan yang terakhir sebelum kenaikanNya ke Sorga kepada 11 orang murid-muridNya, terjadi di bukit Jaitun.
Untuk peristiwa ke-11 kali ini, Lukas menulis kesaksiannya sebagai berikut:
“Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Isa (as), sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kata-Nya - "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa
ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui
masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sesudah
Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan
menutup-Nya dari pandangan mereka.” (Kis.1:1-9)
Sebagaimana juga halnya dengan penyangkalan terhadap Injil Salib,
maka terhadap Injil Kebangkitan inipun tidak sunyi, terutama dari pihak Yahudi
di abad pertama ini, yang
diungkapkan dalam teori pencurian hayat.
Dari pihak Islam, mengenai Kebangkitan ini
mereka tidak menyangkal, meskipun dengan cara yang berbeda. Sedang dari golongan
Ahmadyah, tidak meyangkal Isa (as) di Salib, tetapi
meyangkal kematiannya di
kayu Salib. Isa (as) dianggap oleh golongan ini hanya mengalami pingsan saja (tiak
sampai mati), kemudian sadar, mengembara ke Kashmir dan meninggal di
sana dalam
usia 120 tahun. (Uraian mereka ini, pada halaman berikutnya akan saya sanggah
keterangannya).
Memang, Kebangkitan Isa (as) diantara orang mati, adalah merupakan
intisari pusat kepercayaan iman Kristen. Seandainya kebangkitan itu tidak ada,
maka iman Kristen itu hanyalah
merupakan iman yang kosong, yang tidak mempunyai
pengharapan yang meyakinkan. Kesaksian murid-murid Isa (as)pun hanyalah
merupakan kesaksian khayalan belaka, dan iman
Kristen itu tidak akan sanggup
berdiri hingga sekarang ini, karena sudah tidak mempunyai harapan apa-apa.
Tetapi, syukurlah! Bahwa Isa (as), bukan mati hanya untuk mati abadi, melainkan untuk hidup kembali, bangkit diantara orang mati.
Andaikata Isa (as) ini mati untuk selama-lamanya, untuk apa kita
berbakti kepada orang mati. Untuk apa kita mengangkat orang mati sebagai
Juruselamat. Untuk apa kita meminta
syafaat kepada orang mati. Dan untuk apa
kita dibaptiskan atas nama orang mati. Untuk apa kita ber-Tuhan-kan orang mati.
Tetapi kita sekarang beragama dengan pengharapan. Kita mempunyai
Juruselamatyang Hidup, memiliki iman berdasarkan Kasih. Kita sudah amenjadi
waris penerima janji-janji Allah
bersama dengan Al-Masih, menderita bersama juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Golongan Islam Ahmadiyah ini menyangkal akan
kematian Isa (as) di kayu salib dan kebangkitann-Nya diantara orang mati. Mereka
membuat teori baru, bahwa Isa (as) telah
mengembara ke Khashmir, dan meninggal
disana dalam usia 120 tahun dan dikuburkan di Srinagar.
Teori mereka ini sama sekali tidak mendapat dukungan sedikitpun dari
kalangan Islam umumnya. Karena memang teori mereka ini, selain tidak dibenarkan
oleh fakta sejarah, tetapi juga
adalah tidak sesuai dengan pemberitaan Al-Quran
sendiri, sebagi kirab suci umat Islam.
Quran mengatakan:”mereka tidak mempunyai keyakinan siapa yang
dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa
tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.s. An Nisaa
158).
Dari keterangan Quran ini hanyalah menunjukkan kepada kita, bahwa
pada saat terjadinya peristiwa “salib” itu, Isa (as) telah dinyatakan “wafat”,
dengan istilah “Allah telah mengangkat
Isa kepada-Nya”. Jadi terangkatlah pula,
bahwa sama sekalai tidak ada kemungkinan sedikitpun juga Isa (as) itu berpergian
mengembara ke Kasymir dan tinggal disana hampir sekitar
70 tahun.
Inilah suatu pendustaan Mizra Ghulam Ahmad yang tidak kepalang tanggung.
Saudara-saudara anggota Jemaat Ahmadiyah yang benar-benar mengaku Muslim, dan menjadikan Quran itu Kitab Suci saudara-saudara sudah wajar menolak ajaran Mirza Ghulam Ahmad yang nyata-nyata mengingkari Quran Kitab Suci-nya sendiri, demi kepentingan pribadinya untuk menda’wahkan dirinya sebagai seorang Nabi penerima Wahyu.
Lebih dari itu, bahwa kesaksian mata dari 4 penulis Injil, cukup meyakinkan kebenaran Isa (as) Al-Masih telah mati dikayu Salib, kemudian bangkit hidup kembali dan naik ke sorga (mikraj), dan akan datang kembali pada akhir zaman (hari kiamat) untuk menjadi Hakim yang adil, mengadili seluruh umat manusia, termasuk para nabi-nabi, saya dan saudara-saudara.
Marilah kita merenungkan kebenaran ini dengan hati yang terbuka.
Emas berlian dapat diuji. Kebenaran Penerima Wahyupun dapat kita uji dengan ada atau tidak ada kuasa Allah berupa mukjizat didalam tangan pekerjaannya.
Berhati-hatilah. Kita hanya untuk satu kali hidup, sesudah itu mati, dan dibangkitkan untuk menerima pengadilan yang adil. (bacalah: Ibrani 9:27)
4. KEPENTINGAN MUKJIZAT DALAM PERANAN SESUATU KEPERCAYAAN AGAMA
Mengenai masalah mukjizat ini Sdr. A. Hasan Tou dkk berkomentar sebagai berikut:
Salah satu handicap yang kami jumpai setiap kali mencoba membangun dialog kerohanian dengan saudara-saudara diliuar lingkungan Ahmadiah – termasuk Umat Kristen dan sementara kelompok Muslim adalah persepsi masing-masing kita tentang “mukjizat”. Inilah yang tak jarang membuat jalannya dialog tersendat-sendat bak kematian angin, atau bahkan macet total!
Karena, dimana kami sudah terbebas dari pengertian mukjizat yang penuh dengan cerita-cerita fantastis diluar common-sense, maka dilain pihak konsepsi mukjizat sdr. Ambrie “terlalu Melayu”. Ia masih mempercayai segala kasih ajaib dari Alkitab tentang Daud, Sulaiman, Musa, Isa (as) dan lain-lain bagaikan seorang bocah yang ternganga-nganga di hadapan tukang sulap yang memamerkan kebolehannya menipu mata publik pasar malam. Tapi Hamran Ambrie, memang tidak sendirian. Masih ada berjuta-juta Hamran Ambrie di dunia ini, dengan latar belakang etnis kultur agama dan system social yang beraneka ragam namun selera mereka tentang mukjizat tokoh sami mawon.
Bagi kami tak mungkin lagi menelan dongeng-dongeng semacam itu, yang berlawanan dengan Sunnah Ilahi (Hukum Tuhan) yang konstan, termasuk hukum alam. Apalagi mukjizat yang keluar dari jalur fakta dan data sejarah.”
Demikianlah komentar sdr. A. Hasan Tou dkk mengenai masah mukjizat.
Kepada Saudara A. Hasan yang kekasih:
Kalau saya berbicara dengan seorang “atheis”, yaitu seorang yang tidak beragama, bahkan seorang yang memang tidak percaya akan adanya Tuhan Allah sudah tentu tidaklah pelu saya membuka suara mengeluarkan pendapat yang bersifat agama kepercayaan ini, karena sebagaimana saudara katakana, bahwa tidak mungkin lagi menerima cerita-cerita mengenai masalah mukjizat-mukjizat itu. Tetapi, karena saya sekarang sedang berbicara dengan Saudara dan sekelompok manusia dalam jemaat Ahmadiyah, yang dari mulutnya masing-masing mengaku “beragama, percaya akan kuasa Allah yang ghaib itu”, bahkan masih mengaku dengan mulutnya, dan mudah-mudahan sesuai pula dengan hati nuraninya, bahwa Quran itu adalah Kitab Sucinya, yang dibawa oleh Muhammad, nabi sucinya pula, maka masalah mukjizat ini layaklah saya bicarakan dengan saudara-saudara.
Karena Quran sendiri membicarakan dan percaya adanya kuasa Allah yang disebutkan mukjizat itu, yang diberikan para nabi dan rasul-rasul-Nya terdahulu, seperti Ibrahim, Musa, Isa/Isa (as) Al-Masih merupakan tanda materai pengangkatan Allah yang mereka itu benar-benar nabi, pesuruh Allah, penerima Wahyu, Mesias - Al-Masih yang terulung itu!
Sebagaimana saudara akui, bahwa kepercayaan hal mukjizat ini, tidaklah saja dipercaya oleh umat Kristen, tetapi juga oleh umat Islam, karena memang diberitakan dalam Al-Quran. Kecuali Islam Ahmadiyah sebagai saudara akui pula, tidak meyakinio lagi kebenaran mukjizat itu.
Tetapi tahukah saudara, bahwa ke-tidak-percayaan-nya Mizra Ghulam Ahmad akan hal mukjizat ini, tidak konsekuen, karena Mizra juga masih percaya akan adanya mukjizat wali pengikut Muhammad, yang dikatakannya sebagai mukjizat nabi suci. (Baca bukunya Barahini hal 79). Jadi mukjizat-mukjizat yang dipercayai oleh Mizra Ghulam Ahmad adalah terbatas, hanya kepada siapa yang ia rasakan perlu ditonjolkan saja.
Baiklah! Yang penting bagi saya, bahwa Bapa Ahmadiyah ini masih mau percaya akan adanya mukjizat meskipun dalam makna terbatas menurut seleranya sendiri.
Saudara A. Hasan Tou dkk yang kekasih;
Sebagaimana sudah pernah saya katakana, bahwa mukjizat, adalah merupakan materai pengakuan Allah diatas siapa yang benar-benar diakui sebagai nabi, penerima wahyu pesuruh, yang menjadi pengantara antara Allah dengan manusia. Kepada nabi yang diakui itu, Allah memberi kuasa (mukjizat) didalam tangan pekerjaan ke-Ilahi-an-nya, agar setiap orang dapat mengenal kebenaran pribadinya sebagai seorang yang benar-benar diberi tugas pengantara wakil Allah kepada manusia. Sedangkan dengan adanya tanda pengenal mukjizat inipun, masih banyak orang yang tidak percaya, dikatakannya hanya sihir dan lain-lain apapun pula tanpa adanya tanda pengenal mukjizat ini.
Disamping itu juga, tanda pengenal mukjizat ini untuk mencegah penyaru-pemalsu mengaku “nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah atau Mesias dan lain-lain”.
Meskipun demikian ketatnya namun masih ada juga yang nekad mengangkat dirinya menjadi nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah, Mesias, meskipun tanpa adanya Kuasa Allah (mukjizat) sebagai tanda pembuktian. Tentu saja nabi yang serupa ini adalah nabi palsu, Mesias palsu. Kejadian seperti ini tidak perlu kita herankan, karena memang sudah dinubuatkan bahwa pada suatu ketika akan timbul nabi-nabi palsu, Mesias palsu dan lain-lain.
Apakah saudara A. Hasan dkk. Sudah pernah memikirkan kenapa Mizra Ghulam Ahmad meremehkan masalah mukjizat ini? Bahkan dengan nekad mengingkari hal mukjizat yang diwartakan oleh Al-Quran itu sendiri.
Baiklah, supaya Saudara ketahui bahwa Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan dirinya sebagai “nabi, penerima wahyu, bahkan sebagai Mesias yang dijanjikan itu”, sama sekali tidak memiliki kuasa Allah berupa mukjizat, sebagaimana lazimnya dimiliki oleh para nabi-nabi terdahulu sebagai pembuktian kebenaran da’wah mereka sebagai ‘nabi, rasul Allah, Mesias, dan lain-lain”
Karena Mirza Ghulam Ahmad tahu persis akan kelemahan pribadinya dalam masalah mukjizat ini, maka dia berdaya upaya meremehkan makna mukjizat ini, bahkan mengingkarinya sekali, agar dia terhindar dari tuntutan umat membuktikan kebenarannya sebagai nabi dan Mesias itu. Dan saudara sendiri mengalami, betapa sulitnya melaksanakan cita-cita Mirza Ghulam Ahmad ini, jika sudah terbentur kepada masalah mukjizat yang dituntut oleh umat yang ingin membuktikan kebenarannya. Karenannya Saudara sendiri menjadi ikut latah, tidak mempercayai mukjizat sebagai kuasa Allah ini lagi, meskipun Quran sendiri membenarkan adanya mukjizat tersebut atas pada nabi-nabi terdahulu.
Sebenarnya masalah Mirza Ghulam Ahmad ini, sama sekali tidak layak saya iktu campur membahasnya, sekiranya dia, dan golongan Saudara tidak mengkait-kannya kepada iman Kristen, yaitu Alkitab.
Meskipun demikian saya ingin tahu alasan Saudara dkk bagaimana bisa terjadi Saudara dkk percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu seorang “nabi penerima wahyu, Mesias”, padahal tidak ada suatu kesaksian apapun yang menguatkan pengakuannya itu. Mukjizt sudah jelas tidak. Nubuat dari nabi-nabi terdahulupun tidak pernah ada. Mungkin ada tanda-tanda lain yang apat meyakinkan Saudara tanpa mukjizat itu. Cobalah Saudara terangkan pada kesempatan berikut, dan dimana perlu akan kita bahas bersama.
Akhirnya sekali lagi saya tegaskan, bahwa Almasih yang dijanjikan dalam Injil, yang juga disokong oleh ntas Al-Quran secara tegas disebutkan Isa (as) Al-Masih, bukan Mirza.
5. SEDIKIT KETERANGAN TENTANG
INJIL – PALSU BARNABAS
Saudara A. Hasan Tou, dalam mengemukakan argumentasi untuk meyakinkan adanya kebenaran nubuat kenabian Muhammad dalam Alkitab, dipaksakan mengutip “Injil Palsu Barnabas”, dengan maksyd agar “nama” Muhammad secara harfiah itu dapat dibaca jelas.
Sebab di dalam Alkitab yang asli dan diakui oleh Gereja, nubuat kenabian Muhammad, baik secara “nama” maupun cara pengisyaratan, sama sekali tidak terdapat. Nats-nats Alkitab yang Saudara A. Hasan coba mengemukakannya, untuk ditafsirkan sebagai nubuat kehadiran kenabian Muhammad itu, sudah saya sanggah satu per satu yang akhirnya oleh A. Hasan bungkem seribu bahasa tanpa mengadakan sangkalan berikut selanjutnya.
Untuk menutupi kehabisan akal ini, Sdr. A. Hasan memaksa diri mengemukakan “Injil Palsu Barnabas” yang dianggapnya argumentasi yang meyakinkan. Ini natsnya: “tidak ada yang halal, yang harampun jadi.”
Saudara A. Hasan dkk.
Mengenai Inii-palsu Barnabas yang Saudara kemukakan sebenarnya tidak perlu saya bicarakan disini, karena dalam sejarah Gereja Kristen tidak ada apa yang dikatakan “Injil Barnabas” itu. Ia memang dimunculkan oleh seorang pengarana Itali (Islam atau pro Islam) dalam abad ke 14. Kemudian oleh Rashid Redha, reformist dan pengarang Islam dari Mesir ini, dalam tahun 1907 untuk pertama kalinya diterbitkan dengan judul “Injil Barnabas” yang dimasyurkan hingga sekarang ini.
Dalam tulisan ini dikatakan juga, bahwa Injil palsu telah beradasejak 13o tahun sesudah Al-Masih. Pengsulapan waktu ini jelaslah pula dimaksudkan bahwa dengan adanya Injil-palsu ini, suatu usaha pihak Islam untuk minta diyakini bahwa agama Islam itu adalah kelanjutan dari agama Yahudi dan Nasrani, telah dinubuatkan lebih dahulu dengan mengemukakan bukti-bukti menurut Injil-palsu itu.
Barnabas memang seorang murid Isa (as). Tetapi nama Barnabas yang dipakai menjadi judul Injil-palsu itu, adalah suatu pemalsuan cukup pula. Jadi isinya palsu, dan nama pada judul itupun palsu.
Barnabas Murid Isa (as) tidak pernah menulis Injil, tidak ada dalam sejarah gereja manapun. Pihak Kristen tidak akan tertugah dengan pemalsuan ini, karena dalam Alkitab dengan tegas dikatakan bahwa tidaklah ada lagi nama lain yang dikaruniakan kepada manusia di bawah kolong langit ini, yang di dalamnya kita beroleh selamat, selain daripada Isa (as) Al-Masih atau Isa Almasih. (Kis. 4:12-14).
Selanjutnya memperlengkapi data-data Injil-palsu Barnabas ini dapat saya katakana lagi, bahwa Jacques Jemier, karangannya yang berjudul:”L’evangile selon Barbane” dalam Malanges de Institute Dominicain d’Etudes Orientales (Cairo 6, 1959-1951 hal. 137-226). Dalam karangan itu Jemier membahas sejarah naskah “Injil Barnabas” palsu yang dikenal sekarang dan yang aslinya ditulis dalam bahasa Italia. Setelah pembahasab Jemier cukup jelas bahwa penulis “Injil palsu” tersebut adalah seorang bekas Pater yang kemudian menjadi penganut agama Islam. Dapat diingat bahwa pengaruh Islam di Italia Selatan cukup kuat pada bagian terakhir abad-abad pertengahan (kl. Abad ke 14). Demikianlah penjelasan Dr. Olaf Schuman dalam Peninjau 1975 No. 1 halaman 49.
6.
BENARKAH ADA NUBUAT KENABIAN MUHAMMAD DALAM ALKITAB ?
Catatan :
1. Dalam MH. 03 Saudara kemukakan terjemahanm Quran 7:157 antara lain dikatakan ……”namanya tersurat” …. (halaman 18). Berdasarkan terjemahan Saudara inilah saya mengatakan bahwa: namanya itu (Muhammad bin Abdullah orang Qurais) sama sekali tidak pernah terdapat dalam Alkitab.
Kemudian Saudara A. Hasan memperbaiki terjemahan Quran tersebut menjadi …. “tentangnya tersurat” …(MH. 04 hal. 3), sambil menuduh bahwa penjelasan saya terdahulu yang mengatakan “namanya” tidak pernah terdapat dalam Alkitab, oleh A. Hasan Tou dikatakan :
“Kecuali naif, cara menampik seperti itu boleh dibilang, agak kekanak-kanakan. Sebab dalam Bible yang diakui oleh kalangan gereja dewasa ini nama Muhammad secara explicit memang tidak lagi ditemukan.”
Coba perhatikan, Saudara yang berbuat salah, ataukah saya yang keliru.
Selanjutnya saya jelaskan lagi, bahwa baik “namanya” (Muhammad) maupun isyarat “tentangnya” sama sekali tidak terdapat dalam Alkitab. Hal ini dapat kita uji terus dalam korespondensi ini.
2. Nubuat Musa dalam Kitab Ulangan 18:15, sebenarnya sudah saya jelaskan dalam brosur Korr. 7 yang lalu dengan mengemukakan pelbagai fakta yang menunjukkan bahwa nubuat itu tidak menunjukan kepada kehadiran Muhammad sebagi seorang nabi yang di nubuatkan. Penjelasan-penjelasan, fakta-argumentasi yang saya kemukakan itu, sama sekali tidak di singgung, tidak dibahas, tidak dibantah oleh Saudara A. Hasan. Tetapi dalam MH. 04 oleh Saudara A. Hasan, nats ini ditonjolkan kembali. Seharusnya Saudara sanggah keterangan saya, sambil menunjukkan keterangan atau pendapat yang Saudara anggap benar. Dengan demikian kita dapat menguji kebenarannya. Tetapi jangan pura-pura keterangan Saudara itu tidak pernah disanggah.
Karena itu baiklah saya singkatkan apenjelasan saya yang lalu itu, yang tidak disanggah itu, yaitu :
a. Ayat Taurat itu hanya menunjukkan untuk nubuat seorang nabi, bukan dua. Uraian ini tidak disanggah.
b. Ciri seorang nabi itu adalah “dari tengah-tengah kamu” yaitu di tengah-tengah bani Israel. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
c. Ciri seorang nabi itu adalah “dari antara segala saudaramu”, yaitu diantara 12 saudara bani Israel, yakni antara lain Lewi, Yehuda dan lain-lain. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
d. Ishak dan Ismaeil memang bersaudara, tetapi Ishak dan Ismail bukanlah disebut bani Israel. Yang disebut bani Israel itu adalah Yakub dangan 12 keturunannya (Lewi yang melahirkan Musa, dan Yehuda yang menurunkan Isa (as)). Uraian inipun tidak disanggah oleh Sdr. A. Hasan.
e. Ciri ketiga yang besamaan dengan Musa, seperti keduanya sama bangsa Isarel, kedua sama pernah diancam bunuh dimasa kanak-kanaknya, keduanya mengalami penolakan oleh bangsa Israel, keduanya sama mendapat Kuasa Allah berupa mujizat. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
f. Ciri keempat bahwa “akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu”, bermakna bagi “Israel”, bukan untuk bangsa Arab. Uraian ini pun tidak disanggah.